iklan

iklan banner iklan banner iklan banner iklan banner

Jumat, 26 Juli 2019

SABAR


salah satu syarat TAKWA adalah Sabar
Dalam hal ini SABAR yang dimaksud adalah

Sabar
1.       Sabar dalam SITUASI
2.       Sabar dalam KONDISI
Salah satu hamba yang tergolong sabar adalah nabiyullah Ayub

Sabar dalam SITUASI
v  Situasi tidak lepas dari apa yang dikatakan waktu,
Waktu laksana pedang, siapa yang tidak sabar akan terpotong oleh waktu
Tanda sabar dalam urusan waktu
Ø  Allah akan memberikan sesuatu sesuai kebutuhan hambanya
Maka orang yang sabar dalam urusan waktu ia mengerti kebutuhannya, jika berdoa ia akan diberikan sesuai kebutuhan/waktunya
Ø  Allah akan memberikan sesuai CITA-CITA (HARAPAN/KEINGINAN)
Cita-cita orang yang bertakwa minimal adalah mati masuk surga

Sekaliber sabahat Umar pun tidak sabar ketika seorang yahudi menagih hutang kepadanya.
Sekaliber sabahat Ustman bin Affan pun tidak sabar ketika melayani pengemis buta.

Dalam sabar urusan waktu (kebutuhan) Al Qur’an menjelaskan dalam surat Ar’ Rahman : Fabi'ayyi ala'i rabbikuma tukazziban” sesungguhnya manusia seringkali/selalu  BERDUSTA” AKAN NIKMAT ALLAH .

Dalam sabar urusan waktu (cita-cita), seringkali dalam berdoa/meminta/berharap manusia memohon agar pertolongan/doa cepat terkabul (tidak sabar). Padahal Allah meminta hambanya banyak “BERSYUKUR/INKAR”  karena dengan syukur pasti Allah tambah-tambah nikmatnya.
La in syakartum la azidannakum wala in kafartum inna adzabi lasyadid." (QS Ibrahim :7)

Sabar dalam waktu yaitu APA YANG PERTAMA,
Yaitu apa yang pertama  keluar/terucap/terbesit disana lah apakah kita termasuk golongan yang sabar/tidak

Sabar dalam KONDISI
1.       Sabar dalam menerima perintah
2.       Sabar dalam mencegah perbuatan keji/maksiat
Dalilnya “watawa saubil haq watawa soubi sabr”

Ø  Jika dalam kondisi menjalankan perintah tidak sabar akan terjadi kerusakan
Ø  Demikian juga bila dalam mencegah kemungkaran (keji/maksiat) tidak sabar akan terjadi kerusakan
Ø  Tanpa pertolongan Allah manusia tidak akan dapat menjalankan perintah dan mencegah maksiat .
Ø  Manusia sesungguhnya tidak sabar kecuali dengan pertolongan Allah itulah yang dikata “LA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAH”

Tanpa pertolongan Allah manusia tidak dapat menjalankan perintah
Ø  Walau rumah di depan masjid tanpa pertolongan Allah tidak bakal manusia dapat datang ke masjid
Ø  Walaupun kaya raya tanpa pertolongan Allah belum ia dapat menunaikan ibadah haji
Ø  Tanpa pertolongan Allah manusia tidak akan dapat mencegah kemungkaran

SABAR serang suami ada di ISTRI
SABAR seorang istri ada di TANGGUNG JAWAB

Sabar dalam waktu yaitu APA YANG TERAKHIR
Dalam beribadah/beramal sering kali manusia menganggap hasil jerih payahnya, padahal semuanya adalah karena pertolongan Allah SWT

Kesimpulan :
para ahli dzikir (sufi) tiada lepas ucapannya dari kalimat : “LA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAH”
ORANG YANG SABAR : ORANG YANG MEMAHAMI KALIMAT RASULULLAH : LA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAHIL ALIYIM ADZIM
Dalam segala keadaan (situasi/kondisi) maupun mengerjakan perintah/meninggalkan kemungkaran senantiasa “La haula wala quwwata illa billah” manusia tidak mampu kecuali dengan pertolongan Allah
Karena SABAR itu milik Allah, Dialah pemilik asma “AS SABRU”


Menghilangkan susuk
Baca bismillahi masya Allah la quwwata illa billah 21x
Shalawat 21x
Kirim Al Fateha kp yang mengijazahkan (KH. Elang Sulaiman)
Niatkan “biridho lillahi ta’ala”
Lalu usapkan tempat dimana susuk tsb berada
dari KH Elang Sulaiman Surya kusumah bin KH M Oezair Surya kusumah Cirebon (59:45)                

Kajian akidah - 20190715

Basyiru - Ust. Drs. H. Alm Nata Mulyana
https://youtu.be/wjVeks9hX_E



Rabu, 15 Maret 2017

Ilmu ( ﻋﻠﻢ ) Maha Mengetahui.

BAB BERDOA

Berdoa dapat menolak bala/musibah

Agar terkabulnya doa, berikut ini diantara  syarat-syarat bila ingin doanya terkabul dimana hal berikut ini dapat menolak bala (ujian/cobaan).
1.      SEDEKAH
2.      ILMU
3.      ORANG KHOS dan ORANG AWAM

1.      SEDEKAH
Ashodaqotu tadfa’ul bala’, sedekah dapat menolak bala’. Rosululloh SAW bersabda “ Bersegeralah mengeluarkan sedekah, sesungguhnya bala bencana itu tidak dapat melampaui sedekah “ Maksud hadits ini adalah bahwa bencana yang seharusnya akan menimpa kita, bisa terhalang disebabkan sedekah yang telah kita keluarkan. Dengan kata lain orang yang ahli sedekah akan mendapatkan pengamanan khusus dari segala ancaman, baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia selalu terjaga  keselamatannya dan di akhirat aman dari siksa neraka. Dan tidak ada yang bisa mengamankannya kecuali kehendak Allah atas perilaku hamba – hambanya yang suka bersedekah.         “ Jagalah kalian dari neraka, sekalipun hanya sedekah dengan separuh kurma “ ( HR bukhori ) . Hanya dengan sedekah pintu kemudahan senantiasa terbuka lebar dan pintu kemalangan senantiasa tertutup rapat.

Tiap muslim wajib bersodaqoh. Para sahabat bertanya, “Bagaimana kalau dia tidak memiliki sesuatu?” Nabi Saw menjawab, “Bekerja dengan ketrampilan tangannya untuk kemanfaatan bagi dirinya lalu bersodaqoh.” Mereka bertanya lagi. Bagaimana kalau dia tidak mampu?” Nabi menjawab: “Menolong orang yang membutuhkan yang sedang teraniaya” Mereka bertanya: “Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?” Nabi menjawab: “Menyuruh berbuat ma’ruf.” Mereka bertanya: “Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?” Nabi Saw menjawab, “Mencegah diri dari berbuat kejahatan itulah sodaqoh.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari hadist diatas maka sedekah itu dapat lewat ucapannya, perbuatannya dan dapat dengan hatinya.
i)       Sedekah dengan ucapan
Menyuruh berbuat ma’ruf (QS Al Asr : 3) 3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Maksiat sedekah ucapan
(1)   mencari-cari dalil pembenaran
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului (atau berlawanan dengan ketetapan) Allah dan Rasul-Nya(, dalam menetapkan suatu hukum tertentu), dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui." – (QS.49:1)
(2)   Mengeraskan/meninggikan suara
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata padanya dengan suara keras, sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari." – (QS.49:2)
(3)   ghibah
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tahukah engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Ia berkata, “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim no. 2589).
(4)   fitnah
Menurut kamus bahasa Indonesia, fitnah adalah perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang (seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan orang. Sedangkan memfitnah adalah menjelekkan nama orang (menodai nama baik, merugikan kehormatan, dan sebagainya).

Tingkat maksiat ucapan
1.      maksiatnya orang awam
·        akan menghilangkan kenikmatan
contoh : “gara gara kamu, hilang selera makanku”
2.      maksiat orang khos
·        senantiasa membuat hidupnya menjadi tidak tenang (gelisah)
contoh : ketika baru gajian, lalu gajinya digunakan untuk membayar sana sini sehingga ia merasa bahwa gajinya tidak akan cukup untuk sampai akhir bulan. Maka inilah orang yang khos secara dunia.
·        Sedangkan orang yang khos secara akhirat, ia senantiasa gelisah akan amal ibadahnya takut tidak sempurna dan tidak diterima amalnya.
·        Kunci dari kegelihasan bagi orang khos adalah LILLAHI TA’ALA
3.      Maksiat orang khosil khos
·        Musyrik, bahwa segala ucapannya dapat jatuh kepada kemusyrikan.
Contoh : “belum makan nih”, padahal ia mengerti bahwa lapar dan kenyang adalah milik Allah SWT. Ia sadar bahwa yang mengenyangkan maupun yang membuat lapar bukan sebab makan tetapi Allah SWT.

ii)     Sedekah dengan perbuatan
Yaitu dengan kerja nyata, berbuat baik.
“Bekerja dengan ketrampilan tangannya untuk kemanfaatan bagi dirinya”

Maksiat sedekah perbuatan
1.      Berbuat curang/korupsi
·        1. kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, 2. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, 3. dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. (al-Muthaffifiin: 1-3)
2.      berbuat kejam/buas (Sifat Sabu'iyah)
·        (sifat kebinatang buasan). Contoh dari kedua sifat ini adalah marah, dengki, mencelakai orang lain, mencaci maki, membunuh dan menghambur-hamburkan kekayaan.
3.      Membunuh
·        Baik itu membunuh secara fisik maupun membunuh secara karakter

iii)  Sedekah dengan hati
(1)   Senantiasa dihatinya masih ada rasa iba, welas asih, dan peka
(2)   “Mencegah diri dari berbuat kejahatan itulah sodaqoh.”

(3)   “Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika ia masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Maksiat sedekah hati
1.      Khibir (sombong)
2.      Hasad (dengki)
3.      Riya (pamer)
4.      Ujub (bangga diri)

Tingkatan maksiat sedekah perbuatan dan sedekah hati
1.      Tingkatan orang awam
·        Datangnya teguran dari Allah berupa penyakit. Dimana bagi orang awam hal ini dimaknai bahwa :
(a)    Allah SWT sedang menggugurkan dosa-dosa
(b)   Allah SWT sayang kepadanya
(c)    Allah SWT sedang mengabulkan doa-doanya
·        Kunci tingkat ini adalah dengan SABAR
2.      Tingkatan orang khos
·        Datangnya berupa musibah dari Allah SWT
Apabila datang musibah maka tingkatan orang khos tidak perlu diingatkan tentang dalil/ayat-ayat, ia senantiasa mengoreksi diri bermuhasabah.
3.      Tingkatan orang khosil khos
·        Adalah tingkatan para nabi dan rasul
Yang bila mana di uji, imannya senantiasa bertambah dan bertambah maka doanya menjadikan perubahan.
Doa nabi ketika perang badar ketika pasukan muslim terdesak orang kaum kafir:"Ya Allah, penuhilah untukku apa yang Kau janjikan kepadaku. Ya Allah, berikan apa yang telah Kau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau biarkan pasukan Islam ini binasa, tidak ada lagi yang menyembah-Mu di muka bumi ini." (HR. Muslim dan Ahmad)

27 feb 2017

2.      ILMU

Berdoa menolak bala yaitu dengan ILMU

Bagaimanakah berdoa menolak bala dengan ILMU ?
Bahwasanya dalam hal ini ILMU yang dapat menolak bala itu terbagi menjadi 3
i)        ILMU yang terkait dengan FARDHU ‘AIN
ii)       ILMU yang terkait dengan FARDHU KIFAYAH
iii)     ILMU yang HARAM untuk dipelajari

ILMU yang terkait dengan FARDHU ‘AIN

Yaitu ILMU yang wajib dipelajari secara individu yang mana hal ini tidak dapat digantikan oleh orang lain.

Maka ILMU yang terkait dengan FARDHU ‘AIN terbagi atas 3 hal :
a)      ILMU tentang IBADAH, yaitu ilmu yang terkait dengan hubungan kepada Allah SWT (hablum minallah).
Yaitu ilmu tentang sholat, puasa, zakat dimana orang yang tidak mengerti akan hal ini akan mendatangkan musibah baik di dunia maupun di akhirat

b)      ILMU tentang KEMASYARAKATAN, yaitu ilmu yang terkait dengan hubungan kepada manusia. (hablum minannas)
Seseorang bisa mendapat bala/musibah jika ia tidak tahu tentang kemasyarakatan. Dimana orang yang tidak mengerti  ilmu tentang sopan santun, tata krama, adat istiadat sehingga segala perbuatannya selalu bertentangan dengan masyarakat. Jadi hal demikian akan menjadi musibah bagi dirinya.

c)      ILMU tentang DIRI, KELUARGA dan AHLI
Jika kita tidak tahu ilmu tentang diri, ilmu yang berhubungan dengan keluarga serta ahlinya maka hal ini akan menjadi musibah. “ku anfusakum wa ahlikum naro”

Jika seseorang tidak mengerti ilmu tentang bagaimana bersikap kepada keluarga dan ahlinya hal ini akan mendatangkan musibah bagi dirinya, keluarganya dan ahlinya.

Diantara ILMU tentang DIRI dan KELUARGA adalah :
(1)   ILMU tentang berbakti kepada kedua orang tua, guru, mertua.
Orang yang tidak mengerti ilmu ini akan mendapatkan musibah, yaitu bagaiman seseorang yang tidak berbakti kepada kedua orang tuanya jangankan masuk surga mencium bau surga pun dia tidak akan mendapatkanya. “ridhollah bi ridho walidain” demikian pula kepada mertua dan guru.

Orang yang tidak berbakti kepada kedua orangtuanya akan Allah Azab diakhirat nanti dan dunia dijauhkan dari keberkahan hidupnya, inilah musibah yang akan ia dapat.
Kisah ALQOMAH, yang tidak menjawab salam ibunya, padahal ia sedang sholat sunah sehingga membuat ibunya tidak ridho hingga sampai ajalnya jenazahnya akan dibakar oleh nabi karena ibunya belum memberikan ridhonya.
Berbakti kepada kedua orang tua dapat menolak bala.

Orang yang tidak berbakti/hormat kepada gurunya, ilmunya tidak barokah dan bermanfaat, dimana ilmu yang didapat tidak membuat dirinya dekat kepada Allah tetapi semakin menjauhkan.

(2)   ILMU tentang waris
Seminimalnya ilmu tentang waris adalah mengetahui bahagian seorang ahli waris laki-laki adalah 2/3 dari bahagian wanita 1/3, bahagian ibu 1/6 hal lainnya adalah tentang wasiat dan hibah.
Betapa banyak keluarga yang hancur/ribut/saling bunuh karena hal waris.

(3)   ILMU tentang tujuan diciptakan DIRInya
Bahwa tujuan diciptakan dirinya adalah untuk beribadah menyembah kepada Allah SWT sehingga mengerti bahwa dirinya adalah seorang hamba dimana ia senantiasa tunduk, taat dan patuh akan segala perintah Allah SWT.

Maka apabila kita mengerti tentang ILMU yang FARDHU ‘AIN (ilmu tentang kewajiban yang harus kita lakukan) hal ini dapat menolak segala bala dan musibah.
“Man arofah nafsahu faqot arofah robbahu”, siapa yang mengenal dirinya ia akan mengenal Tuhannya.


ILMU yang terkait dengan FARDHU KIFAYAH

Yaitu ilmu yang dapat diwakilkan oleh orang lain, diantara ilmu tersebut adalah ilmu tentang pengurusan jenazah, ilmu tentang urusan dunia (ekonomi, politik, sosial, teknologi)

Apabila dalam 1 kampung tidak dapat mengurus tentang jenazah maka laknat dan murka Allah akan turun atas kaum tersebut.

Apabila dalam satu kaum tidak mengerti tentang ilmu pemerintahan, maka bala Allah akan turun atas kaum tersebut (terjajah, tertindas dlsb)

Begitupun bila suatu kaum tidak ada yang mengerti tentang ilmu kedokteran maka bala Allah akan turun atas kaum tersebut (penyakit, gizi buruk dlsb)

Maka serahkan segala urusan kepada ahlinya.

ILMU yang HARAM untuk dipelajari

Yaitu ilmu yang dapat mendatangkan kemusyrikan artinya berbuat/berdoa untuk/kepada selain Allah SWT.

Contoh : bertawasul kepada benda bukan kepada Allah SWT

 6 Mar 2017


3.      ORANG AWAM dan ORANG KHOS

Berdoa menolak bala bagi orang awam dan orang khos, ada 2 cara yaitu
i)        Golongan orang yang dipelihara oleh Allah SWT, yaitu golongan wahbiyah
ii)       Golongan orang yang berusahakan/berikhtiar, yaitu golongan kasbiyah

Agar dapat terhindar dari bala/musibah, ada golongan manusia yang memang Allah pelihara dari bala/musibah tetapi ada juga golongan manusia yang berusaha untuk dapat terhindar dari bala/musibah.

Contoh orang yang dipelihara/dijaga dari bala (wahbiyah), yaitu Nabiyullah Yusuf AS, dimana ketika ia di jebak oleh Siti Dzulaikah didalam ruang/kamar walaupun pintu kamarnya sudah terkunci, rumah sudah tertutup dan tidak ada orang lain, sesungguhnya Nabiyulllah Yusuf AS menyukai Siti Dzulaikah demikian pula sebaliknya. Namun dalam keadaan tersebut Allah SWT memelihara Nabiyullah Yusuf AS sehingga ia dapat terhindar dari berbuat maksiat. Dalam hal ini Allah SWT hujamkan rasa takut kedalam diri Nabiyullah Yusuf AS rasa takut yang amat sangat

Tanda manusia yang dipelihara oleh Allah SWT adalah apabila kita memandang kepada seseorang maka kita ingat kepada Allah SWT inilah golonga orang wabiyah tetapi jika kita memandang seseorang kemudian kita ingat kepada selain Allah itu tandanya orang tersebut adalah golongan orang kasbiyah.

Umpanya, ketika kita bertemu dengan kawan kita lalu kita berkata “wah.. nonton bola nih” “wah makan-makan nih” “wah nagih utang nih” maka orang tersebut masuk kegolongan orang kasbiyah tetapi bila kita bertemu kawan kita lalu kita ingat “surga, neraka” maka kawan kita tersebut masuk ke golongan orang wahbiyah

Golongan orang yang dipelihara oleh Allah SWT (wahbiyah)

Diantara golongan ini adalah :
1.      Para Nabi dan Rasul
·        Bagi orang awam, makan minum adalah kebutuhan bagi para Nabi dan Rasul makan dan minum bukan menjadi kebutuhan
·        Bagi orang awam, tidur adalah kebutuhan bagi para Nabi dan Rasul tidur bukan menjadi kebutuhan
Bagi golongan ini tingkat keimanannya senatiasa naik terus, dimana dalam kehidupannya senantiasa dibimbing oleh Allah SWT bila terdapat kesalahan maka Allah SWT langsung menegur dengan turunnya Ayat/wahyu.
2.      Orang yang Mukhlis/Muttaqin
Riyadohnya (usaha/berjihad) orang mukhlis dalam segala tindakannya senantiasa tercermin didalam :
i)        Niatnya
Dalam hal niat, perbedaan orang wahbiyah dan kasbiyah sangat jauh berbeda
·        Orang-orang wahbiyah senantiasa menjaga niatnya karena Allah SWT dalam segala aktifitas kehidupannya. LILLAHI TA’ALA
·        Apapun aktifitasnya senantiasa berniat untuk beribadah kepada Allah SWT baik itu dalam hal tidurnya, kerjanya, sholatnya, baca qur’annya dlsb. Menyadari bahwa “diciptakan Jin dan manusia untuk beribadah kepada Allah SWT”
·        Dalam segala keadaannya (qodo dan qodar) golongan ini senantiasa berbaik sangka kepada Allah SWT (khusnu dzon), tidak ada keluh kesah senantiasa bersyukur (qonaah/merasa cukup). ALHAMDULILLAH
·        Apa-apa yang dilakukan tidak mengharap hasil, tidak memaksakan kehendaknya. Semua diserahkan kepada Allah. Doanya senantiasa “Robbi habli…” ya Allah Yang Maha Memberi…
·        Kunci dari niat bagi golongan ini adalah  “Anna inda dzoni abdibi”
·        Istilah bagi orang wahbiah “ Bagaimana mungkin aku mulia sedangkan aku ditempatkan ditempat yang hina, Bagaimana mungkin aku hina sedangkan aku bersandar kepada yang Maha Mulia”
Kesimpulan :
-         orang wahbiyah senantiasa menerima ketentuan Allah SWT
-         Menyadari bahwa dirinya Hamba, dan tidak pernah protes kepada Allah
-         Senantiasa QONAAH, merasa cukup
-         Baik sangka dan menerima kenyataan
-         Senantiasa menjaga niatnya “innama amalu binniyat”

Kisah : Gubernur Mubarok dan seorang pengemis
Diceritakan ketika sang gubernur mengirim seorang utusan kepada seorang pengemis untuk memberikan makan/sodakoh kepada seorang pengemis, lalu pengemis itu tidak mau menerima sedekahnya gubernur. Kepada utusan tersebut sipengemis mengambil sebongkah batu dan digenggamnya maka berubahlah batu tersebut menjadi emas maka emas tersebut dihadiahkan kepada sang utusan. Maka utusan tersebut takjub dan terkejut akan hal demikian. Dan bercerita sang utusan ini kepada sang gubernur.

Lalu gubernur Mubarok ini mendatangi si pengemis tersebut dan bertanyalah gubernur kepada sang pengemis :
Gubernur          : “hai pengemis, jika engkau bisa merubah batu menjadi emas kena
                           pa engkau menjadi pengemis, kenapa tidak kau gunakan keahlian
                           itu untuk menjadi kaya..?”
pengemis          : “aku tidak butuh kekayaan, yang butuh kekayaan adalah engkau’
gubernur           : “kenapa demikian..? bukankah kamu hidup didunia perlu kehidup
                           an, perlu makan, pakaian, hiburan/tamasya, sedangkan bila eng-
                           kau berhaji perlu biaya, bagaimana dengan kebutuhan anak dan
                           istrimu…
pengemis          : “hahahaha”
tertawalah pengemis ini mendengar pertanyaan-pertanyaan dari gubernur maka diambilnya sebongkah batu yang telah berubah menjadi emas permata, oleh pengemis tersebut dan dihadiahkan kepada gubernur, sambil berkata “ini hadiah dariku untukmu, ambillah untukmu dan keluargamu yang mana hal ini akan engkau pertanggungjawabkan di yaumil akhir nanti, sedang aku tidak membutuhkan itu semua”

§         Kenapa orang yang menerima ketentuan  dijauhkan dari segala bala dan musibah…
Karena golongan ini tdk terbebani oleh apapun baik itu musibah maupun kesenangan (senantiasa menerima qodo dan qodar, senantiasa khusnu dzon kepada Allah), bahwa masalah itu ada karena kita mempermasalahkan masalah tersebut (tidak ada masalah jika tidak dimasalahkan)
§         Ciri orang yang khusnu dzon dalam menerima qodo dan qodar, inilah golongan orang-orang khos :
(a)    Senantiasa basah lidahnya dengan memuji Allah (SUBHANALLAH) bahwa hanya Allah yang Maha Suci sedang dirinya banyak berbuat dosa dan maksiat, disucikan hatinya dengan berbaik sangka dan menerima ketentuan Tuhannya

Akidah SUBHANALLAH, Ketika Allah menciptakan Arsy, lalu Allah memerintah para malaikat seluruhnya untuk memanggulnya maka para malaikat tidak mampu untuk memikulnya karena para malaikat memandang Arsy itu sebegitu besar dan luasnya. Maka Allah memerintahkan para malaikat.. “KUL…. SUBHANALLAH” maka terangkatlah Arsy tersebut karena para malaikat mensucikan dirinya dari memandang Arsy yang besar itu menjadi kecil bahwa sesungguhnya Allah lah yang Maha Besar.

Maka apabila kita tertimpa oleh masalah yang berat, masalah yang besar maka ucapkan olehmu SUBHANALLAH, sesungguhnya tidak ada masalah yang berat dan besar bagi Allah, sucikan dari hati kita dari mensekutukan Allah.

Bagi golongan kasbiyah (awam) mensucikan Allah dengan memperbanyak membaca tasbih “SUBHANALLAH” tetapi bagi golongan wahbiah (khos)  senantiasa menjaga hatinya menerima ketentuan (qoda qodar) Allah SWT atas dirinya.

Kisah : Al Mubarok dan Nabi Khidir

Ketika Al Mubarok mendatangi pasar untuk membeli budak, maka datanglah Mubarok kepada penjual budak”
Mubarok    : aku inging membeli budak mana budak yg paling murah
Penjual       : itu… harganya 1000 dinar
Ditunjuklah seorang budak yang dipandang paling males oleh si penjual.
Mubarok    : baiklah, aku ambil orang tersebut

Maka sesampainya di rumah Mubarok memerintahkan kepada budak yang dibelinya untuk membereskan rumahnya :
Mubarok    : wahai budak, coba kau ambil kayu-kayu dihutan untuk
                    Keperluan istriku memasak, dan kau rapikan kayu-kayu &
  batu-batu yg berserakan tersebut
Setelah memerintahkan hal tersebut masuklah mubarok kerumahnya tidak berapa kemudian mubarok keluar kembali untuk memeriksa pekerjaan budak tersebut, ternyata dalam sekejap semua pekerjaan tersebut telah selasai dilakukan dengan hasil yang sangat luar bisa, sehingga membuat heran dan takjub Mubarok. Dalam hatinya mubarok bertanya-tanya siapa sesungguhnya budak tersebut maka bertanyanya Mubarok kepada budak tersebut :
Mubarok    : “Siapa engkau sesungguhnya”
3 kali mubarok bertanya tetapi sang budak tetapi diam, karena Mubarok merasa pasti orang tersebut bukan orang sembarangan maka Mubarok bertanya kembali “Demi Allah, Siapa engkau”.
Budak        : “karena engkau bertanya karena Allah, baiklah aku akan
                    Menjawab pertanyaanmu…. Akulah Khidir”
Terkejutlah Al Mubarok dan dirinya merasa berdosa karena telah memperlakukan sang budak tersebut (nabi Khidir) maka bertanyalah Mubrok kepada nabi Khidir kenapa ia bisa menyamar menjadi seorang budak.

Berceritalah nabiyullah Khidir, bahwa ketika ada seorang ibu dengan anaknya yang yatim meminta sodakoh kepada nabi Khidir dan berkata “wahai tuan karena Allah aku meminta kepadamu sodakoh tuan…” pingsanlah nabi khidir karena dirinya tidak memiliki harta sepeserpun padahal dihadapnya ada seorang hamba Allah yang meminta pertolongannya… maka ketika siuman nabi khidir berkata kepada ibu tersebut “wahai ibu.. juallah aku ke pasar, agar kamu mendapat uang hasil penjualan tersebut”. Demikianlah kisahku menjadi budak, berkata khidir kepada mubarok.

Wahai tuan karena engkau telah membeliku dan aku menjadi budakmu maka apa-apa yang engkau perintahkan kepadaku aku laksanakan karena aku adalah hamba sahayamu dan aku jalankan semua ini karena aku seorang hamba Allah yang menciptakanku. Demikian kisahku aku ungkapkan karena engkau bertanya kepada dengan nama Allah..

(b)   Dalam segala urusan senatiasa ia bersyukur kepada Allah (ALHAMDULILLAH), disucikan hatinya untuk senantian menerima keadaan maka pantaslah orang ini dijauhkan dari bala dan musibah.
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

(c)    Senantiasa mengagungkan Allah SWT (ALLAHU AKBAR).

Ketika abu nawas ditanya Raja tentang adakah yang paling hebat dan ajaib didunia ini maka abu nawas berkata “ada..dia itu lebih kecil dari burung gereja lebih besar dari burung elang” maka raja pun membantahnya “mana ada burung seperti itu”
Kata Abu nawas, jika demikian maka didunia ini tidak ada yang ajaib/aneh karena semua sudah Allah tuliskan di lauhimmahfudz

(d)   Senantiasa mentauhidkan Allah SWT (LA ILLAHA ILLALLAH)

Kesimpulan :
-        Orang-orang golongan wahbiah (yang dijaga oleh Allah SWT) adalah orang yang senantiasa memuji (SUBHANALLAH), senantiasa bersyukur (ALHAMDULILLAH) dan mengagungkan Allah (ALLAHU AKBAR) maka golongan orang wahbiah adalah golongan orang yang sempurna ketahuhidannya (LA ILLAHA ILLALLAH)
-         Orang wahbiah adalah orang yang senantiasa menjaga/memelihara hatinya (tidak berprasangka/menilai)
-         Dalam kehidupannya, lebih banyak diam dan menjadi pendengar yang baik “sami’na wa atona”

-         Orang wahbiah, dalam kehidupannya senantiasa dijaga dan diperlihara oleh Allah SWT dengan banyak menundukan pandanganya, merekalahh orang-orang yang berakhlak mulia.

Kamis, 20 Oktober 2016

SUBHANALLAH WALHAMDULILLAH WALAA ILAHA ILLALLAH WALLAHU AKBAR WALAA HAWLA WALAA QUWWATA ILLA BILLAHIL ALIYYIL ADZIIM



IBNU Abbas ra berkata:

“Ketika Allah SWT menjadikan Arasy, lalu menyuruh malaikat memikulnya. Para malaikat merasakan betapa amat berat memikul Arasy. Kemudian Allah SWT menyuruh malaikat mengucapkan: Subhanallah. maka terasa ringanlah memikul Arasy dan sejak itu para malaikat pemanggul arsy senantiasa berberzikir dgn kalimat  tsb selama-lamanya.”
SUBHANALLAH

Kata Ibnu Abbas ra lagi: “Apabila Allah SWT menjadikan Adam as. Ketika yang pertama  keluar dari mulut Adam ialah bersin. Lalu Allah ilhamkan kepadanya untuk meyebut; Alhamdulillah. Maka nabi Adam as menyebut Alhamdulillah, lalu Allah menjawab; Yarhamuka Rabbuka “Kemudian malaikat berkata: Inilah kalimah mulia dan baik dan tak sepatutnya kami abaikan. Maka para malaikat pun berzikir dengan ucapan.
SUBHANALLAH WALHAMDULILLAH


“Ketika Allah SWT mengutuskan Nabi Nuh as. Oleh karena kaum Nabi Nuh merupakan kaum pertama menyembah berhala, jadi Allah SWT mewahyukan terhadap Nabi Nuh as agar menyuruh kaumnya mengucapkan; Laa illaha illallah  agar mendapat keredhaan Allah.” (1000 tahun nabi Nuh AS berdakwah, hanya sedikit dari kaumnya yang  mengikuti ajarannya)

Lalu mengatakan malaikat: “Inilah kalimah ketiga yang besar dan baik yang tak boleh kami abaikan. Malaikat pun menggabungkan dengan dua kalimah sebelumnya menjadi: SUBHANALLAH WALHAMDULILLAH WALAA ILAHA ILLALLAH.”

“Ketika Allah SWT memerintahkan nabi Ibrahim AS untuk mengurbankan anaknya,   Yang pada akhirnya Allah mengganti Ismail dengan seekor kibas (kambing). Maka saking gembiranya  Nabi Ibrahim as bertakbir menyebut: Allahu akbar, atas nikmat yang dikurniakan Allah kepadanya.

Berkata para malaikat: “Inilah kalimah keempat yang sungguh baik dan besar. Kemudian para malaikat menggabungkan kalimah itu dengan tiga kalimah sebelumnya menjadi: SUBHANALLAH WALHAMDULILLAH WALAA ILAHA ILLALLAH WALLAHU AKBAR.”

Ketika malaikat Jibril as menceritakan kisah ini terhadap Rasulullah SAW, Rasulullah  merasa kagum akan ucapan dan perkataan para malaikat dan nabi-nabi sebelumnya. Lalu Rasulullah mengucapkan : Laa haula Wala quwwata illa billahil aliyil adziim.”

Maka kemudian Jibril as menggabungkan kalimah yang empat itu jadi menjadi "Subhanallah, Walhamdulillah Walaa ilaha illallah Wallahu akbar Walaa haula Wala quwwata illa billahil aliyil adziim."


سُبْحَانَ اللّهِ  - والْحَمْدُللّهِ -  وَ لا اِلهَ اِلَّا اللّهُ  - وَ اللّهُ اَكْبَرُلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بالله العلي العظيم

 (Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan Allah Maha Besar Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung)

 (HR Muslim)

Maka apabila dirimu dalam kesulitan/kesempitan/kesusahan hingga kamu merasa tak sanggup memikulnya perbanyaklah kalimat tersebut.

Seorang hamba tidak boleh sombong dan merasa bahwa dirinya mampu untuk melakukan segala sesuatu. Seorang hamba seharusnya menyadari bahwa segala apa yang dilakukannya semata-mata karena pertolongan Allah. Sebab, jika Allah tidak menolong maka tidak mungkin dia melakukan segala sesuatu. Artinya, dengan mengucapkan kalimat ini, seorang hamba berarti telah menunjukkan kelemahan, ketidakmampuan dirinya, dan menunjukkan bahwa ia adalah orang yang sangat membutuhkan pertolongan Allah.

Dan menyadari bahwa kita ini hamba bukan tuan, dan mengakui bahwa Allah SWT adalah pemilik diri ini.

Semoga bermanfaat untukku dan kamu.
Semoga lisan ini selalu diberi taufik oleh Allah untuk selalu basah dengan dzikir kepada Allah SWT. Amin Ya Robbal Alamin…..

- babul jannah 17 okt 2016


Jumat, 19 Agustus 2016

DZIKIR (PANJANG) SETELAH SHOLAT



DZIKIR SETELAH SHOLAT

أَسْتَغْفِرَاللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِيْ لَاإِلَهَ إِلَّا هُوَالْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ  × ٣     
Astagfirullahal’adzim Alladzi laa ilaaha illa hual hayyul qayyum watubu ilaih  3x

مِنْ جَمِيعِ الْامَعَاصِي وَ الذُ نُـو بِ , لَا حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إلاّ بِاللهِ الْعَليِّ الْعَظيم
min jamiil maashi wa dzunuba, laa haula walakuata illa billahil aliyul adzim.
Apabila Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam selesai shalat (sesudah salam) beliau beristighfar tiga kali, dan berdoa: Allaahumma Antas Salaam wa minkas Salaam Tabaarakta Dzaljalaali wal ikraam (Ya Allah Engkau Maha Penyelamat dari Engkaulah keselamatan Engnkau Maha Baik wahai Dzat yang Agung dan Mulia).” (HR. Muslim)
Makna Istighfar : Istighfar adalah meminta ampunan. Tidak mungkin memintanya kecuali karena adanya perasaan salah. Maka istighfar di sini merupakan isyarat dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bahwa beliau tidak mampu menyempurnakan hak Allah dalam ibadah secara maksimal. Karena adanya was-was, teringat sesuatu, dan kekurangan dalam melaksanakan hak Allah yang agung ini. karenanya disyariatkan istighfar untuk menyempurnakan yang kurang-kurang tadi dan pengakuan akan kelemahan dan kekurangan diri.

لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْر  ١۰ ×
Laa Ilaha illallah wahdahu laa syarikalah lahul mulku walhul hamdu, yuhyi wa yumitu wahua ‘ala kulli syaiin qadir 10x
Dari Abu Ayyub al-Anshari ra dari Nabi saw, sabdanya: “Barangsiapa mengucapkan: La ilaha illallahu wahdahu la syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qadir – sebanyak sepuluh kali, maka ia adalah sebagaimana seseorang yang memerdekakan empat jiwa dari keturunan Ismail.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Bukhari, Muslim dan Malik, diriwayatkan daripada Abu Hurairah; Rasulullah s.a.w berkata, “Sesiapa membaca ayat ini seratus kali sehari, pahalanya seperti memerdekakan sepuluh orang hamba, Seratus kebajikan dituliskan untuknya dan seratus keburukan dibuang darinya, dan menjadi benteng dari gangguan syaitan sepanjang hari."
Dari Mu’adz ra: “Barangsiapa akhir ucapannya “Laailaaha illallahu” dia akan masuk surga. (HR. Abu Dawud dan Hakim. Sohih Isnad)

اَللَّهُمَّ أَجِرْنِي مِنَ النَّارِ   ×٧ 
Allahumma Ajirnii minannar 7x
Ya Allah lindungilah aku dari api neraka

 (7 nama neraka : jahanam, jahim, khutoma, shakor, syair, ladzo, hamiyah)

Dari Alharits bin Muslim Attamimi ra, ia berkata: Nabi saw bersabda kepadaku: “Apabila kamu selesai salat _Subuh_ maka ucapkanlah sebelum berbicara: “Ya Allah, lindungilah aku dari api neraka *(Allahumma ajirni minannar)”, tujuh kali;* karena sesungguhnya jika kamu meninggal pada harimu itu niscaya Allah menulis bagimu perlindungan dari api neraka, dan apabila kamu selesai salat _Magrib_ maka ucapkanlah sebelum berbicara, “Ya Allah, lindungilah aku dari api neraka *(Allahumma ajirni minannar)”, tujuh kali;* karena sesungguhnya jika kamu meninggal pada malammu itu niscaya Allah menulis bagimu perlindungan dari api neraka.“

أَللّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ وَاِلَيْكَ يَعُوْدُالسَّلاَمُ فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلاَمِ وَأَدْخِلْنَا الْجَـــنَّــةَ دَارَ السَّلاَمِ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ يَاذَالْجَلاَلِ وَالاِكْرَامِ
Allahumma Anta salam wa minkassalam wa ilaika ya’udu ssalam fahayyina rabbana bissalam wa adkhilnal jannata darassalam tabarakta rabbana wata’alaita yadzal jalali wal ikram.
Apabila Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam selesai shalat (sesudah salam) beliau beristighfar tiga kali, dan berdoa: Allaahumma Antas Salaam wa minkas Salaam Tabaarakta Dzaljalaali wal ikraam (Ya Allah Engkau Maha Penyelamat dari Engkaulah keselamatan Engnkau Maha Baik wahai Dzat yang Agung dan Mulia).” (HR. Muslim)
Al Fatehah....
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ , الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ ,الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ ملِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ ,إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ , اِهْدِنَا الصِّــــرَ اطَ اْلمــُسْتَــَقِيــْمَ, صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ اْلمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَآلِّيْنَ, آمِيْنَ.
bismi allaahi alrrahmaani alrrahiimi, alhamdu lillaahi rabbi al'aalamiina, alrrahmaani alrrahiimi, maaliki yawmi alddiini, iyyaaka na'budu wa-iyyaaka nasta'iinu, ihdinaa alshshiraatha almustaqiima, shiraatha alladziina an'amta 'alayhim ghayri almaghdhuubi 'alayhim walaa aldhdhaalliina
Diriwayatkan oleh Abu Sa’id ibn al-Mu’lla r.a.: “Sukakah kamu jika aku ajarkan sebuah Surah yang belum pernah diturun dahulunya, baik dalam Injil mahupun Zabur dan Taurat? Ia adalah Al-Fatihah.
Surah 15 Al-Hijr : Ayat 87: “Dan sesungguhnya Kami telah memberi kepadamu (wahai Muhammad) tujuh ayat yang diulang-ulang bacaannya dan seluruh Al-Quran yang amat besar kemuliaan dan faedahnya.

بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
الم . ذٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ  هُدًى لِلْمُتَّقِينَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ, وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ أُولٰ ئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ ۖ وَأُولٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Alif laam miim, dzaalika alkitaabu laa rayba fiihi hudan lilmuttaqiina, alladziina yu/minuuna bialghaybi wayuqiimuuna alshshalaata wamimmaa razaqnaahum yunfiquuna, waalladziina yu/minuuna bimaa unzila ilayka wamaa unzila min qablika wabial-aakhirati hum yuuqinuuna, ulaa-ika ‘alaa hudan min rabbihim waulaa-ika humu almuflihuuna

لا اِلهَ اِلَّا اللّهُ وَ اللّهُ اَكْبَرُ ...... بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ . اللَّهُ الصَّمَدُ . لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ . وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ  x٣
qul huwa allaahu ahadun, allaahu alshshamadu, lam yalid walam yuuladu, walam yakun lahuu kufuwan ahadun

Dari Imam Bukhari, diriwayatkan daripada Abu Sa’id al-khudri; seseorang mendengar bacaan surah al-Ikhlas berulang-ulang di masjid. Pada keesokan paginya dia datang kepada Rasulullah s.a.w. dan sampaikan perkara itu kepadanya sebab dia menyangka bacaan itu tidak cukup dan lengkap. Rasulullah s.a.w berkata, “Demi tangan yang memegang nyawaku, surah itu seperti sepertiga al Quran!”

لا اِلهَ اِلَّا اللّهُ وَ اللّهُ اَكْبَرُ ...... بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ . مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ . وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ وَمِن شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِ وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
qul a’uudzu birabbi alfalaqi, min syarri maa khalaqa, wamin syarri ghaasiqin idzaa waqaba, wamin syarri alnnaffaatsaati fii al’uqadi,  wamin syarri haasidin idzaa hasada
Diriwayatkan daripada Aisyah r.a katanya: Rasulullah s.a.w biasanya apabila ada salah seorang anggota keluarga baginda yang sakit, baginda menyemburnya dengan membaca bacaan-bacaan. Sementara itu, ketika baginda menderita sakit yang menyebabkan baginda wafat, aku juga menyemburkan baginda dan mengusap baginda dengan tangan baginda sendiri, kerana tangan baginda tentu lebih banyak berkatnya daripada tanganku.

لا اِلهَ اِلَّا اللّهُ وَ اللّهُ اَكْبَرُ ...... بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ . مَلِكِ النَّاسِ . إِلٰهِ النَّاسِ . مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ. الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ . مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
qul a’uudzu birabbi alnnaasi, maaliki alnnaasi, ilaahi alnnaasi,  min syarri alwaswaasi alkhannaasi, alladzii yuwaswisu fii shuduuri alnnaasi, mina aljinnati waalnnaasi
Dari Tirmidhi diriwayatkan daripada Abu Sa’id al-Khudri; Nabi Muhammad s.a.w selalu meminta perlindungan daripada kejahatan jin dan perbuatan hasad manusia. Apabila surah al-falaq dan an-nas turun, baginda ketepikan yang lain dan membaca ayat-ayat ini sahaja.

وَإِلهُكُمْ إِلهٌ وَاحِدٌ لآ إِلهَ إِلَّا هُوَالرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ ,
Wa ilahukum ilahun wahid, la ilaha illa huwar rahmanur rahim.( QS. AL BAQARAH 2:163)

اَللهُ لآَإِلهَ إِلاَّهُوَالْحَىُّ الْقَيُّوْمُ . لاَتَأْخُذُه سِنَةٌ وَلاَنَوْمٌ . لَهُ مَافِى السَّموَاتِ وَمَافِى اْلاَرْضِ . مَنْ ذَالَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَه اِلاَّبِاِذْنِه . يَعْلَمُ مَابَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَاخَلْفَهُمْ . وَلاَيُحِيْطُوْنَ بِشَيْئٍ مِنْ عِلْمِه اِلاَّبِمَاشَآءَ . وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّموَاتِ وَاْلاَرْضَ . وَلاَيَؤدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَالْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ

Allahu la ilaha illa Huwal-Hayyul-Qayyum, la ta'kudhuhu sinatuw  wa la nawm, lahu ma fis-samawati wa ma fil-ard, man dhal-ladhi yashfa'u ‘indahu illa bi idhnih, ya'lamu ma bayna aydihim wa ma khalfahum wa la yuhituna bi shayy'in min ‘ilmihi illa bi ma sha', wasi'a Kursiyyuhu s-samawati wal-ard, wa la ya'uduhu hifzuhuma, wa Huwal-’Aliyyul-'Azim.( QS. AL BAQARAH:255)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang membaca Ayat Kursi setelah selesai shalat, maka tidak ada yang menghalanginya masuk surga kecuali kematian” (HR. An Nasa-i).
pertanyaan yang diajukan oleh Rasulullah kepada Ubay bin Ka’ab, “Ayat mana yang paling agung dalam kitabullah?” Ubay menjawab, “Ayat kursi.” Maka beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam menepuk dada Ubay kemudian berkata, “Wahai Abu Mundzir, semoga engkau berbahagia dengan ilmu yang engkau miliki.” (HR. Muslim).
Ayatul Kursi ini mengandungi khasiat yang besar. Terdapat 99 buah hadith yang menerangkan fadhilahnya. Di antaranya ialah untuk menolak syaitan, benteng pertahanan, melapangkan fikiran dan menambahkan iman.

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ. كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِئ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا  غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Aamanarrosuulu bimaa undzila ilaihi mirrobbihi walmu’minuuna kullun aa mana billaahi wamalaaikatihi wakutubihi warusulihi la nufarriku baina ahadimmirrusulih wa qulluu sami’naa wa atho’na ghufroonaka robbanaa wa ilaikalmasyiir
Diriwayatkan daripada Abu Mas'ud al-Badri r.a katanya: Rasulullah s.a.w pernah bersabda: Dua ayat terakhir dari surah al-Baqarah, memadai kepada seseorang yang membacanya pada malam hari sebagai pelindung dirinya.

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Laa yukallifullaahu nafsan illaa wus’ahaa lahaa maa kasabat wa’alaihaa maktasabat. Rabbanaa laa tu aakhiznaa in nasiinaa au akhtha-naa, rabbanaa walaa tahmil ‘alainaa ishran kamaa hamal tahuu ‘alal ladziina min qablinaa. Rabbanaa walaa tuhammilnaa maa laa thaaqata lanaa bih. Wa’fu ‘annaa waghfir lanaa warhamnaa, anta maulanaa fanshurnaa alal qaumil kaafiriin.
Dari Muslim, diriwayatkan daripada Abdullah ibn Abbas r.a.: Apabila Jibril sedang duduk dengan Rasulullah s.a.w., dia mendengar bunyi pintu di atasnya. Dia mengangkat kepalanya lalu berkata: “Ini ialah bunyi sebuah pintu di syurga yang tidak pernah dibuka.” Lalu satu malaikat pun turun, dan Jibril berkata lagi, “Ia malaikat yang tidak pernah turun ke bumi” Malaikat itu memberi salam lalu berkata, “Bersyukurlah atas dua cahaya yang diberi kepadamu yang tidak pernah diberi kepada rasul-rasul sebelummu-“Fatihat al-Kitab dan ayat penghabisan Surah al-Baqarah”. Kamu akan mendapat manfaat setiap kali kamu membacanya.

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَـهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَئِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Syahidallahu annahu laa ilaha ilaa huwa wal malaa-ikatu wauuluul 'ilmi qaa-iman bil qisthi laa ilaha ilaa huwal 'aziizul hakiim(u) (QS Ali Imran : 18)
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ
Innaddiina 'indallahi-islaamu (Ali Imran : 19)

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ  بِيَدِكَ الْخَيْرُ  إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Qulillahumma maalikal mulki tu'tiil mulka man tasyaa-u watanzi'ul mulka mimman tasyaa-u watu'izzu man tasyaa-u watudzillu man tasyaa-u biyadikal khairu innaka 'ala kulli syai-in qadiirun. (Ali Imran : 26)


تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ  وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ  وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Tuulijullaila fiinnahaari watuulijunnahaara fiillaili watukhrijul hai-ya minal mai-yiti watukhrijul mai-yita minal hai-yi watarzuqu man tasyaa-u bighairi hisaabin (QS.Ali Imran:27)

Dalam suatu riwayat telah diterangkan bahwa RASULULLOOH S.A.W bersabda :.. “surah AL-FATIHAH dan DUA AYAT DARI SURAH ALI-IMRON (AYAT 18-19 DAN 26-27), apabila DIBACA SEHABIS SHOLAT FARDHU, niscaya ALLAH SWT akan MENJAMIN “SURGA” untuknya”…

اِلَهَي يَارَبَّناَ أَنْتَ مَوْلنَا : سُبْحَنَ اللهِ 33X
Ilahiy ya rabbana anta maulana : Subhanallah 33X
سُبْحَنَ اللهِ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ دَائِمًا أَبَدًا : أَلْحَمْدُ لِلَّهِ  33X×
Subhanallah hil ‘adhim wabihamdihi da iman abadan Alhamdulillah 33X
Dari Abu Malik al-Asy’ari ra, katanya: “Rasulullah saw bersabda: “Bersuci itu adalah separuh keimanan, bacaan Alhamdulillah itu adalah memenuhi beratnya timbangan – di akhirat, sedang Subhanallah dan Alhamdulillah itu memenuhi apa yang ada di antara langit dan bumi.” (HR. Muslim)
أَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ عَلَى كُلِّ حَالٍ وَفِـي كُلِّ حَالٍ وَنِعْمَةٍ : اللهُ أَكْبَرُ 33X×
Alhamdu lillahirabbil ‘alamin ‘ala kulli halin wafi kulli hallin wani’matin:  Allahu Akbar 33X
Dari Samurah Ibnu Jundab Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah saw bersabda: “Ucapan yang paling disukai Allah itu empat: Subhanallah, Alhamdulillah, Laa ilaha illallah, dan Allahu Akbar. Kamu boleh memulainya dengan kalimat mana saja ” (HR. Muslim)
Dari Abu Zar ra bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Atas setiap ruas tulang dari seseorang di antara engkau semua itu pada setiap paginya harus ada masing-masing sedekahnya. Maka setiap sekali bacaan tasbih adalah sedekah, setiap sekali bacaan tahmid adalah sedekah, setiap sekali bacaan tahlil adalah sedekah, setiap sekali bacaan takbir adalah sedekah, memerintahkan kepada kebaikan juga sedekah, mencegah dari kemungkaran juga sedekah dan keseluruhannya itu dapat dicukupi oleh dua rakaat yang dikerjakan oleh seseorang itu dari shalat Dhuha.” (HR Muslim: 720)

أَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَنَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً
Allahu akbar kabiran walhamdu lillahi katsira, wa subhanallahi bukratan wa asilan

Dari Ibnu Umar dia berkata; “Ketika kami shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba seseorang mengucapkan Allahu Akbar Kabiro Walhamdulillaahi Katsiiro Wasubhanallahi Bukrota Wa’ashiilaa (Allah Maha Besar dengan segala kebesarannya. Segala puji bagi Allah. Maha Suci Allah dipagi dan petang hari).” Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “Siapakah yang mengucapkan kalimat tadi?” Seorang sahabat menjawab; “Saya wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Sungguh aku sangat kagum dengan ucapan tadi, sebab pintu-pintu langit dibuka karena kalimat itu.” Kata Ibnu Umar; “Maka aku tak pernah lagi meninggalkannya semenjak aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan hal itu.” (HR. Muslim no. 943)

لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلى كُلِّ شُيْئٍ قَدِيْرٌ, وَلَا حَولَ وَلَاقوةَ إلَا با لله العلي العظيم.
Laa ilaha illallahu wahdahu laa syarikalahu, lahul mulku walahul hamdu yuhyi wa yumitu wahua ‘ala kulli syaiin qadir, wa la haw la wala kuwwata illa billahil-‘aliyyil-adhiym
Dari Bukhari, Muslim dan Malik, diriwayatkan daripada Abu Hurairah; Rasulullah s.a.w berkata, “Sesiapa membaca ayat ini seratus kali sehari, pahalanya seperti memerdekakan sepuluh orang hamba, Seratus kebajikan dituliskan untuknya dan seratus keburukan dibuang darinya, dan menjadi benteng dari gangguan syaitan sepanjang hari."

أَسْتَغْفِرُ اللهَ اْلعَظِيْمَ ..3x، إِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ
Astaghfirullaahal ‘adziim 3x, innallaha ghofururahiim

أَفْضَلُ الذِّكْرِ فَاعْلَمْ أَنَّهُ ....... لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ 33x
Afdholudz dzikri fa’lam annahu.. laa ilaha illallah (u) 33x
Dari Jabir ra, katanya: “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “Seutama-utama zikir ialah lafaz La ilaha illallah.” (HR. Imam Tirmidzi, Hadis hasan)
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَلِمَةُ حَقٍّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوْتُ وَبِهَا نُبْعَثُ إِنْ شَآءَ اللهُ مِنَ اْلآمِنِيْنَ
La ilaha illallohu Muhammaduosuulullohi sollallohu “alaihi wa sallam, kalimatu haqqin ‘alayhaa nahyaa wa ‘alayhaa namuutu wa bihaa nub ‘atsu inshaa allaahu minal aaminiin.

  • Rahsia Wirid selepas Sembahyang- Syeikh Fahmi Zam Zam 
  • https://www.youtube.com/watch?v=diESHqbE3IE
========= 00 ========

Para ulama terdahulu telah menyusun bacaan dzikir setelah sholat dengan maksud untuk :

1.      Senantiasa mengingat Allah

·   Dalam shahih bukhari dijelaskan dari Abu Musa Radhiallahu Anhu dari nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,
·         مثل الذي يذكر ربه والذي لايذكر مثل الحي والميت                                 
Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dengan yang tidak berdzikir adalah seperti orang yang hidup dengan orang yang mati“. (HR. Bukhari)
·   Menurut Imam an-Nawawi Rahimahullah, “Berdzikir adalah suatu amalan yang disyari’atkan dan sangat dituntut di dalam Islam. Ia dapat dilakukan dengan hati atau lidah. Afdhalnya dengan kedua-duanya sekaligus”.
·    Menurut al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani Rahimahullah, “Dan yang dimaksud dengan dzikir adalah mengucapkan dan memperbanyak segala bentuk lafadh yang di dalamnya berisi tentang kabar gembira, seperti kalimat; subhaanallaah, walhamdulillah, wa laa ilaaha illallaah, wallaahu akbar; dan yang semisalnya, doa untuk kebaikan dunia dan akhirat. Dan termasuk juga dzikir kepada Allah adalah segala bentuk aktifitas amal shalih yang hukumnya wajib ataupun sunnah, seperti membaca Al-Qur’an, membaca hadits, belajar ilmu agama, dan melakukan shalat-shalat sunnah”.
·     “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” (Al Ahzab: 41)
·     “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”. (Al Baqarah: 152)
·    “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (Ali Imran: 191)

2.      Tetap berada di masjid sambil menunggu waktu sholat berikutnya, biasanya
·         Waktu maghrib ke Isya
·         Waktu subuh ke terbit fajar
·         Dan tidak mengapa pula di waktu sholat lainnya baik wajib maupun sunah, baik sendiri maupun berjamaah

Para malaikat senantiasa mendoakan orang yang sedang duduk menunggu waktu sholat.
_"Tidaklah salah seorang di antara kalian yang duduk menunggu sholat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya; Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia."_ (HR. Imam Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Muslim: 469)

_ Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan pula dari Abu ‘Abdirrahman, ia berkata: “Aku mendengar ‘Ali berkata: ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا جَلَسَ فِيْ مُصَلاَّهُ بَعْدَ الصَّلاَةِ صَلَّتْ عَلَيْهِ الْمَلاَئِكَةُ، وَصَلاَتُهُمْ عَلَيْهِ: اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اَللَّهُمَّ ارْحَمْهُ. وَإِنْ جَلَسَ يَنْتَظِرُ الصَّلاَةَ صَلَّتْ عَلَيْهِ الْمَلاَئِكَةُ وَصَلاَتُهُمْ عَلَيْهِ: اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اَللَّهُمَّ ارْحَمْهُ.

Sesungguhnya jika seorang hamba duduk di masjid setelah melaksanakan shalat, maka para Malaikat akan bershalawat untuknya, dan shalawat mereka kepadanya adalah dengan berkata: ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah, sayangilah ia.’ Jika ia duduk untuk menunggu shalat, maka para Malaikat akan bershalawat kepadanya, shalawat mereka kepadanya adalah dengan berdo’a: ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah, sayangilah ia.’”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan bahwa tetap duduk di masjid setelah shalat adalah termasuk amal-amal yang menjadi bahan pembicaraan di kalangan para Malaikat, tegasnya mereka semua ingin membawa amalan tersebut ke langit, dan hal ini merupakan amal-amal yang dapat menghapuskan dosa. Barangsiapa yang melakukannya, niscaya ia akan hidup dengan baik dan wafat dengan baik, ia akan dibersihkan dari kesalahan bagaikan seorang anak yang baru dilahirkan oleh ibunya.

Al-Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ahuma, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


أَتَانِي اللَّيْلَةَ رَبِّي تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِي أَحْسَنِ صُوْرَةٍ قَالَ: أَحْسَبُهُ، قَالَ: فِي الْمَنَامِ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ هَلْ تَدْرِي فِيْمَ يَخْتَصِمُ الْمَلأُ اْلأَعْلَى؟ قَالَ: قُلْتُ: لاَ، قَالَ: فَوَضَعَ يَدَهُ بَيْنَ كَتِفَيَّ حَتَّى وَجَدْتُ بَرْدَهَا بَيْنَ ثَدْيَيَّ، أَوْ قَالَ: فِي نَحْرِي، فَعَلِمْتُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ، قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، هَلْ تَدْرِي فِيْمَ يَخْتَصِمُ الْمَلأُ اْلأَعْلَى، قُلْتُ: نَعَمْ، قَالَ فِي الْكَفاَّرَاتِ وَالْكَفَّارَاتُ الْمَكْثُ فِي الْمَسَاجِدِ بَعْدَ الصَّلَوَاتِ وَالْمَشْيُ عَلَى اْلأَقْدَامِ إِلَى الْجَمَاعَاتِ وَإِسْبَاغُ الْوُضُوْءِ فِي الْمَكَارِهِ وَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ عَاشَ بِخَيْرٍ وَمَاتَ بِخَيْرٍ وَكَانَ مِنْ خَطِيْئَتِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ.”



Dzikir itu maknanya luas, bisa berarti mengingat Allah dengan bacaan tertentu, misalnya tahmid atau tasbih, bisa juga berupa mengkaji ilmu agama karena dengan mengkaji atau mendalami ilmu agama (Islam) otomatis mengingat Allah (perintah dan larangan-Nya).


Dzikir bisa berarti atau berupa mengingat atau menyebut asma Allah (QS. Ar-Ra’du:28, Al-Ahzab:41-42, Ali Imran:191), Al-Quran (QS. Al-Hijr:9), ilmu pengetahuan/wawasan ilmu terutama ilmu agama (QS. An-Nahl:43), sholat (QS. Thaha:14), dan sholat Jumat (QS. Jumu’ah:9).
Imam Al-Maraghi berkata, “Ingatlah kepada Allah dengan hati kamu, lisan kamu, dan seluruh anggotamu dengan dzikir yang banyak dalam setiap keadaan kamu dengan penuh kesungguhan“.


Dzikir bisa dilakukan dalam banyak kondisi. “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imran:191).


Maka inilah salah satu amalan dzikir setelah sholat yang biasa dilakukan oleh ulama terdahulu, betapa di kota-kota besar berdzikir setelah sholat sudah mulai banyak ditinggalkan,

·         sibuk dengan urusan dunia (masih dalam keadaan kerja/masih dalam perjalanan) dan

·         menyia-nyiakan waktu (nonton sinetron, bermain games/handphone).


 Dari Abu Sa’id al-Khudriyyi bahwa Rasulullah Saw ditanya tentang siapa hamba yang paling afdhol di sisi Allah di hari kiamat kelak. Beliau bersabda: “Orang laki-laki maupun perempuan yang dzikir kepada Allah sebanyak-banyaknya” Aku bertanya: “Ya Rasulullah bagaimana dengan orang ikut dalam Perang Sabil?” Beliau menjawab: “Memukul kafir dan musyrik dengan pedang sampai babak belur memerah penuh darah, sesungguhnya adalah orang yang dzikir kepada Allah pada derajat yang lebih utama”(HR Turmudzi)

Dari Abi Darda’ ra: Rasulullah saw: “Maukah kalian aku beritahukan amalan yang paling baik, paling suci di sisi Tuhan kalian, lebih dapat meninggikan derajat kalian, lebih baik daripada menginfakkan emas dan perak serta lebih baik daripada kalian bertemu musuh, lalu kalian pancung leher mereka?!” Para sahabat menjawab, “Ya.” Beliau menjawab, “dzikirullah.” Hakim Abu Abdilah berkata dalam kitabnya Almustadrok alas shohihaini: ini hadist shohih isnad. (HR Tirmudzi: 3374)


Tempo Doeloe .........
Orang tua kita berangkat bekerja setelah matahari terbit & sudah kembali ke rumah sebelum matahari terbenam....
Walaupun memiliki anak  banyak tapi punya rumah & halaman yang luas.
Bahkan tdk sedikit ada yg memiliki kebun Dan semua anak-anaknya bersekolah.

Sekarang....
Banyak yg berangkat kerja subuh & sampai rumah hingga larut malam. Tapi.....
Rumah & tanah yg dimiliki tdk seluas rumah orang tua kita. 
Dan bahkan banyak yg takut memiliki banyak anak  karena takut kekurangan. 
Ada yg salahkah  dgn cara hidup orang MODERN.


Orangtua kita hidup tanpa banyak ALAT BANTU. Tapi TENANG menjalani hidupnya.
Sementara kita yang dilengkapi dgn mesin cuci, kompor gas, HP, kendaraan, TV, email, FB, Twitter, i-pad, ruangan ber AC dll.........
HARUSNYA mempermudah hidup ini. TAPI TERNYATA TDK.
Sampai-sampai, tdk sempat kita MENIKMATI HIDUP,
karena semuanya dilakukan TERBURU-BURU.
Berangkat kerja, TERBURU-BURU...
Pulang kerja, juga TERBURU-BURU...
Makan siang, TERBURU-BURU...
Di lampu merah, TERBURU-BURU...
Berdoapun, TERBURU-BURU...
Bahkan sholatpun, TERBURU-BURU...
Karena ketakutan akan kurangnya harta untuk keluarga sampai-sampai kita HITUNGAN dlm MEMBERI...

Sementara  Tuhan tdk pernah hitungan dlm memberi rejeki kpd kita.
Bahkan karena lebih asik bekerja, kita bisa lupa Ibadah
Sampai dimanakah hidup kita pd hari ini.....??? 
LEBIH BARAKAH ORANG DULU atau ORANG SEKARANG ?
Apa ini terjadi pd diri kita ?.... 

Usikum waiyya bitakwallah

إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِالصَّبْرِ

  kita tidak akan dikatakan orang berimana selama kita diam... orang beriman itu senantiasa saling menasehati dalam kebenaran dan dalam kesabaran