iklan

iklan banner iklan banner iklan banner iklan banner

Rabu, 15 Maret 2017

Ilmu ( ﻋﻠﻢ ) Maha Mengetahui.

BAB BERDOA

Berdoa dapat menolak bala/musibah

Agar terkabulnya doa, berikut ini diantara  syarat-syarat bila ingin doanya terkabul dimana hal berikut ini dapat menolak bala (ujian/cobaan).
1.      SEDEKAH
2.      ILMU
3.      ORANG KHOS dan ORANG AWAM

1.      SEDEKAH
Ashodaqotu tadfa’ul bala’, sedekah dapat menolak bala’. Rosululloh SAW bersabda “ Bersegeralah mengeluarkan sedekah, sesungguhnya bala bencana itu tidak dapat melampaui sedekah “ Maksud hadits ini adalah bahwa bencana yang seharusnya akan menimpa kita, bisa terhalang disebabkan sedekah yang telah kita keluarkan. Dengan kata lain orang yang ahli sedekah akan mendapatkan pengamanan khusus dari segala ancaman, baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia selalu terjaga  keselamatannya dan di akhirat aman dari siksa neraka. Dan tidak ada yang bisa mengamankannya kecuali kehendak Allah atas perilaku hamba – hambanya yang suka bersedekah.         “ Jagalah kalian dari neraka, sekalipun hanya sedekah dengan separuh kurma “ ( HR bukhori ) . Hanya dengan sedekah pintu kemudahan senantiasa terbuka lebar dan pintu kemalangan senantiasa tertutup rapat.

Tiap muslim wajib bersodaqoh. Para sahabat bertanya, “Bagaimana kalau dia tidak memiliki sesuatu?” Nabi Saw menjawab, “Bekerja dengan ketrampilan tangannya untuk kemanfaatan bagi dirinya lalu bersodaqoh.” Mereka bertanya lagi. Bagaimana kalau dia tidak mampu?” Nabi menjawab: “Menolong orang yang membutuhkan yang sedang teraniaya” Mereka bertanya: “Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?” Nabi menjawab: “Menyuruh berbuat ma’ruf.” Mereka bertanya: “Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?” Nabi Saw menjawab, “Mencegah diri dari berbuat kejahatan itulah sodaqoh.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari hadist diatas maka sedekah itu dapat lewat ucapannya, perbuatannya dan dapat dengan hatinya.
i)       Sedekah dengan ucapan
Menyuruh berbuat ma’ruf (QS Al Asr : 3) 3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Maksiat sedekah ucapan
(1)   mencari-cari dalil pembenaran
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului (atau berlawanan dengan ketetapan) Allah dan Rasul-Nya(, dalam menetapkan suatu hukum tertentu), dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui." – (QS.49:1)
(2)   Mengeraskan/meninggikan suara
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata padanya dengan suara keras, sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari." – (QS.49:2)
(3)   ghibah
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tahukah engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Ia berkata, “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim no. 2589).
(4)   fitnah
Menurut kamus bahasa Indonesia, fitnah adalah perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang (seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan orang. Sedangkan memfitnah adalah menjelekkan nama orang (menodai nama baik, merugikan kehormatan, dan sebagainya).

Tingkat maksiat ucapan
1.      maksiatnya orang awam
·        akan menghilangkan kenikmatan
contoh : “gara gara kamu, hilang selera makanku”
2.      maksiat orang khos
·        senantiasa membuat hidupnya menjadi tidak tenang (gelisah)
contoh : ketika baru gajian, lalu gajinya digunakan untuk membayar sana sini sehingga ia merasa bahwa gajinya tidak akan cukup untuk sampai akhir bulan. Maka inilah orang yang khos secara dunia.
·        Sedangkan orang yang khos secara akhirat, ia senantiasa gelisah akan amal ibadahnya takut tidak sempurna dan tidak diterima amalnya.
·        Kunci dari kegelihasan bagi orang khos adalah LILLAHI TA’ALA
3.      Maksiat orang khosil khos
·        Musyrik, bahwa segala ucapannya dapat jatuh kepada kemusyrikan.
Contoh : “belum makan nih”, padahal ia mengerti bahwa lapar dan kenyang adalah milik Allah SWT. Ia sadar bahwa yang mengenyangkan maupun yang membuat lapar bukan sebab makan tetapi Allah SWT.

ii)     Sedekah dengan perbuatan
Yaitu dengan kerja nyata, berbuat baik.
“Bekerja dengan ketrampilan tangannya untuk kemanfaatan bagi dirinya”

Maksiat sedekah perbuatan
1.      Berbuat curang/korupsi
·        1. kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, 2. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, 3. dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. (al-Muthaffifiin: 1-3)
2.      berbuat kejam/buas (Sifat Sabu'iyah)
·        (sifat kebinatang buasan). Contoh dari kedua sifat ini adalah marah, dengki, mencelakai orang lain, mencaci maki, membunuh dan menghambur-hamburkan kekayaan.
3.      Membunuh
·        Baik itu membunuh secara fisik maupun membunuh secara karakter

iii)  Sedekah dengan hati
(1)   Senantiasa dihatinya masih ada rasa iba, welas asih, dan peka
(2)   “Mencegah diri dari berbuat kejahatan itulah sodaqoh.”

(3)   “Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika ia masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Maksiat sedekah hati
1.      Khibir (sombong)
2.      Hasad (dengki)
3.      Riya (pamer)
4.      Ujub (bangga diri)

Tingkatan maksiat sedekah perbuatan dan sedekah hati
1.      Tingkatan orang awam
·        Datangnya teguran dari Allah berupa penyakit. Dimana bagi orang awam hal ini dimaknai bahwa :
(a)    Allah SWT sedang menggugurkan dosa-dosa
(b)   Allah SWT sayang kepadanya
(c)    Allah SWT sedang mengabulkan doa-doanya
·        Kunci tingkat ini adalah dengan SABAR
2.      Tingkatan orang khos
·        Datangnya berupa musibah dari Allah SWT
Apabila datang musibah maka tingkatan orang khos tidak perlu diingatkan tentang dalil/ayat-ayat, ia senantiasa mengoreksi diri bermuhasabah.
3.      Tingkatan orang khosil khos
·        Adalah tingkatan para nabi dan rasul
Yang bila mana di uji, imannya senantiasa bertambah dan bertambah maka doanya menjadikan perubahan.
Doa nabi ketika perang badar ketika pasukan muslim terdesak orang kaum kafir:"Ya Allah, penuhilah untukku apa yang Kau janjikan kepadaku. Ya Allah, berikan apa yang telah Kau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau biarkan pasukan Islam ini binasa, tidak ada lagi yang menyembah-Mu di muka bumi ini." (HR. Muslim dan Ahmad)

27 feb 2017

2.      ILMU

Berdoa menolak bala yaitu dengan ILMU

Bagaimanakah berdoa menolak bala dengan ILMU ?
Bahwasanya dalam hal ini ILMU yang dapat menolak bala itu terbagi menjadi 3
i)        ILMU yang terkait dengan FARDHU ‘AIN
ii)       ILMU yang terkait dengan FARDHU KIFAYAH
iii)     ILMU yang HARAM untuk dipelajari

ILMU yang terkait dengan FARDHU ‘AIN

Yaitu ILMU yang wajib dipelajari secara individu yang mana hal ini tidak dapat digantikan oleh orang lain.

Maka ILMU yang terkait dengan FARDHU ‘AIN terbagi atas 3 hal :
a)      ILMU tentang IBADAH, yaitu ilmu yang terkait dengan hubungan kepada Allah SWT (hablum minallah).
Yaitu ilmu tentang sholat, puasa, zakat dimana orang yang tidak mengerti akan hal ini akan mendatangkan musibah baik di dunia maupun di akhirat

b)      ILMU tentang KEMASYARAKATAN, yaitu ilmu yang terkait dengan hubungan kepada manusia. (hablum minannas)
Seseorang bisa mendapat bala/musibah jika ia tidak tahu tentang kemasyarakatan. Dimana orang yang tidak mengerti  ilmu tentang sopan santun, tata krama, adat istiadat sehingga segala perbuatannya selalu bertentangan dengan masyarakat. Jadi hal demikian akan menjadi musibah bagi dirinya.

c)      ILMU tentang DIRI, KELUARGA dan AHLI
Jika kita tidak tahu ilmu tentang diri, ilmu yang berhubungan dengan keluarga serta ahlinya maka hal ini akan menjadi musibah. “ku anfusakum wa ahlikum naro”

Jika seseorang tidak mengerti ilmu tentang bagaimana bersikap kepada keluarga dan ahlinya hal ini akan mendatangkan musibah bagi dirinya, keluarganya dan ahlinya.

Diantara ILMU tentang DIRI dan KELUARGA adalah :
(1)   ILMU tentang berbakti kepada kedua orang tua, guru, mertua.
Orang yang tidak mengerti ilmu ini akan mendapatkan musibah, yaitu bagaiman seseorang yang tidak berbakti kepada kedua orang tuanya jangankan masuk surga mencium bau surga pun dia tidak akan mendapatkanya. “ridhollah bi ridho walidain” demikian pula kepada mertua dan guru.

Orang yang tidak berbakti kepada kedua orangtuanya akan Allah Azab diakhirat nanti dan dunia dijauhkan dari keberkahan hidupnya, inilah musibah yang akan ia dapat.
Kisah ALQOMAH, yang tidak menjawab salam ibunya, padahal ia sedang sholat sunah sehingga membuat ibunya tidak ridho hingga sampai ajalnya jenazahnya akan dibakar oleh nabi karena ibunya belum memberikan ridhonya.
Berbakti kepada kedua orang tua dapat menolak bala.

Orang yang tidak berbakti/hormat kepada gurunya, ilmunya tidak barokah dan bermanfaat, dimana ilmu yang didapat tidak membuat dirinya dekat kepada Allah tetapi semakin menjauhkan.

(2)   ILMU tentang waris
Seminimalnya ilmu tentang waris adalah mengetahui bahagian seorang ahli waris laki-laki adalah 2/3 dari bahagian wanita 1/3, bahagian ibu 1/6 hal lainnya adalah tentang wasiat dan hibah.
Betapa banyak keluarga yang hancur/ribut/saling bunuh karena hal waris.

(3)   ILMU tentang tujuan diciptakan DIRInya
Bahwa tujuan diciptakan dirinya adalah untuk beribadah menyembah kepada Allah SWT sehingga mengerti bahwa dirinya adalah seorang hamba dimana ia senantiasa tunduk, taat dan patuh akan segala perintah Allah SWT.

Maka apabila kita mengerti tentang ILMU yang FARDHU ‘AIN (ilmu tentang kewajiban yang harus kita lakukan) hal ini dapat menolak segala bala dan musibah.
“Man arofah nafsahu faqot arofah robbahu”, siapa yang mengenal dirinya ia akan mengenal Tuhannya.


ILMU yang terkait dengan FARDHU KIFAYAH

Yaitu ilmu yang dapat diwakilkan oleh orang lain, diantara ilmu tersebut adalah ilmu tentang pengurusan jenazah, ilmu tentang urusan dunia (ekonomi, politik, sosial, teknologi)

Apabila dalam 1 kampung tidak dapat mengurus tentang jenazah maka laknat dan murka Allah akan turun atas kaum tersebut.

Apabila dalam satu kaum tidak mengerti tentang ilmu pemerintahan, maka bala Allah akan turun atas kaum tersebut (terjajah, tertindas dlsb)

Begitupun bila suatu kaum tidak ada yang mengerti tentang ilmu kedokteran maka bala Allah akan turun atas kaum tersebut (penyakit, gizi buruk dlsb)

Maka serahkan segala urusan kepada ahlinya.

ILMU yang HARAM untuk dipelajari

Yaitu ilmu yang dapat mendatangkan kemusyrikan artinya berbuat/berdoa untuk/kepada selain Allah SWT.

Contoh : bertawasul kepada benda bukan kepada Allah SWT

 6 Mar 2017


3.      ORANG AWAM dan ORANG KHOS

Berdoa menolak bala bagi orang awam dan orang khos, ada 2 cara yaitu
i)        Golongan orang yang dipelihara oleh Allah SWT, yaitu golongan wahbiyah
ii)       Golongan orang yang berusahakan/berikhtiar, yaitu golongan kasbiyah

Agar dapat terhindar dari bala/musibah, ada golongan manusia yang memang Allah pelihara dari bala/musibah tetapi ada juga golongan manusia yang berusaha untuk dapat terhindar dari bala/musibah.

Contoh orang yang dipelihara/dijaga dari bala (wahbiyah), yaitu Nabiyullah Yusuf AS, dimana ketika ia di jebak oleh Siti Dzulaikah didalam ruang/kamar walaupun pintu kamarnya sudah terkunci, rumah sudah tertutup dan tidak ada orang lain, sesungguhnya Nabiyulllah Yusuf AS menyukai Siti Dzulaikah demikian pula sebaliknya. Namun dalam keadaan tersebut Allah SWT memelihara Nabiyullah Yusuf AS sehingga ia dapat terhindar dari berbuat maksiat. Dalam hal ini Allah SWT hujamkan rasa takut kedalam diri Nabiyullah Yusuf AS rasa takut yang amat sangat

Tanda manusia yang dipelihara oleh Allah SWT adalah apabila kita memandang kepada seseorang maka kita ingat kepada Allah SWT inilah golonga orang wabiyah tetapi jika kita memandang seseorang kemudian kita ingat kepada selain Allah itu tandanya orang tersebut adalah golongan orang kasbiyah.

Umpanya, ketika kita bertemu dengan kawan kita lalu kita berkata “wah.. nonton bola nih” “wah makan-makan nih” “wah nagih utang nih” maka orang tersebut masuk kegolongan orang kasbiyah tetapi bila kita bertemu kawan kita lalu kita ingat “surga, neraka” maka kawan kita tersebut masuk ke golongan orang wahbiyah

Golongan orang yang dipelihara oleh Allah SWT (wahbiyah)

Diantara golongan ini adalah :
1.      Para Nabi dan Rasul
·        Bagi orang awam, makan minum adalah kebutuhan bagi para Nabi dan Rasul makan dan minum bukan menjadi kebutuhan
·        Bagi orang awam, tidur adalah kebutuhan bagi para Nabi dan Rasul tidur bukan menjadi kebutuhan
Bagi golongan ini tingkat keimanannya senatiasa naik terus, dimana dalam kehidupannya senantiasa dibimbing oleh Allah SWT bila terdapat kesalahan maka Allah SWT langsung menegur dengan turunnya Ayat/wahyu.
2.      Orang yang Mukhlis/Muttaqin
Riyadohnya (usaha/berjihad) orang mukhlis dalam segala tindakannya senantiasa tercermin didalam :
i)        Niatnya
Dalam hal niat, perbedaan orang wahbiyah dan kasbiyah sangat jauh berbeda
·        Orang-orang wahbiyah senantiasa menjaga niatnya karena Allah SWT dalam segala aktifitas kehidupannya. LILLAHI TA’ALA
·        Apapun aktifitasnya senantiasa berniat untuk beribadah kepada Allah SWT baik itu dalam hal tidurnya, kerjanya, sholatnya, baca qur’annya dlsb. Menyadari bahwa “diciptakan Jin dan manusia untuk beribadah kepada Allah SWT”
·        Dalam segala keadaannya (qodo dan qodar) golongan ini senantiasa berbaik sangka kepada Allah SWT (khusnu dzon), tidak ada keluh kesah senantiasa bersyukur (qonaah/merasa cukup). ALHAMDULILLAH
·        Apa-apa yang dilakukan tidak mengharap hasil, tidak memaksakan kehendaknya. Semua diserahkan kepada Allah. Doanya senantiasa “Robbi habli…” ya Allah Yang Maha Memberi…
·        Kunci dari niat bagi golongan ini adalah  “Anna inda dzoni abdibi”
·        Istilah bagi orang wahbiah “ Bagaimana mungkin aku mulia sedangkan aku ditempatkan ditempat yang hina, Bagaimana mungkin aku hina sedangkan aku bersandar kepada yang Maha Mulia”
Kesimpulan :
-         orang wahbiyah senantiasa menerima ketentuan Allah SWT
-         Menyadari bahwa dirinya Hamba, dan tidak pernah protes kepada Allah
-         Senantiasa QONAAH, merasa cukup
-         Baik sangka dan menerima kenyataan
-         Senantiasa menjaga niatnya “innama amalu binniyat”

Kisah : Gubernur Mubarok dan seorang pengemis
Diceritakan ketika sang gubernur mengirim seorang utusan kepada seorang pengemis untuk memberikan makan/sodakoh kepada seorang pengemis, lalu pengemis itu tidak mau menerima sedekahnya gubernur. Kepada utusan tersebut sipengemis mengambil sebongkah batu dan digenggamnya maka berubahlah batu tersebut menjadi emas maka emas tersebut dihadiahkan kepada sang utusan. Maka utusan tersebut takjub dan terkejut akan hal demikian. Dan bercerita sang utusan ini kepada sang gubernur.

Lalu gubernur Mubarok ini mendatangi si pengemis tersebut dan bertanyalah gubernur kepada sang pengemis :
Gubernur          : “hai pengemis, jika engkau bisa merubah batu menjadi emas kena
                           pa engkau menjadi pengemis, kenapa tidak kau gunakan keahlian
                           itu untuk menjadi kaya..?”
pengemis          : “aku tidak butuh kekayaan, yang butuh kekayaan adalah engkau’
gubernur           : “kenapa demikian..? bukankah kamu hidup didunia perlu kehidup
                           an, perlu makan, pakaian, hiburan/tamasya, sedangkan bila eng-
                           kau berhaji perlu biaya, bagaimana dengan kebutuhan anak dan
                           istrimu…
pengemis          : “hahahaha”
tertawalah pengemis ini mendengar pertanyaan-pertanyaan dari gubernur maka diambilnya sebongkah batu yang telah berubah menjadi emas permata, oleh pengemis tersebut dan dihadiahkan kepada gubernur, sambil berkata “ini hadiah dariku untukmu, ambillah untukmu dan keluargamu yang mana hal ini akan engkau pertanggungjawabkan di yaumil akhir nanti, sedang aku tidak membutuhkan itu semua”

§         Kenapa orang yang menerima ketentuan  dijauhkan dari segala bala dan musibah…
Karena golongan ini tdk terbebani oleh apapun baik itu musibah maupun kesenangan (senantiasa menerima qodo dan qodar, senantiasa khusnu dzon kepada Allah), bahwa masalah itu ada karena kita mempermasalahkan masalah tersebut (tidak ada masalah jika tidak dimasalahkan)
§         Ciri orang yang khusnu dzon dalam menerima qodo dan qodar, inilah golongan orang-orang khos :
(a)    Senantiasa basah lidahnya dengan memuji Allah (SUBHANALLAH) bahwa hanya Allah yang Maha Suci sedang dirinya banyak berbuat dosa dan maksiat, disucikan hatinya dengan berbaik sangka dan menerima ketentuan Tuhannya

Akidah SUBHANALLAH, Ketika Allah menciptakan Arsy, lalu Allah memerintah para malaikat seluruhnya untuk memanggulnya maka para malaikat tidak mampu untuk memikulnya karena para malaikat memandang Arsy itu sebegitu besar dan luasnya. Maka Allah memerintahkan para malaikat.. “KUL…. SUBHANALLAH” maka terangkatlah Arsy tersebut karena para malaikat mensucikan dirinya dari memandang Arsy yang besar itu menjadi kecil bahwa sesungguhnya Allah lah yang Maha Besar.

Maka apabila kita tertimpa oleh masalah yang berat, masalah yang besar maka ucapkan olehmu SUBHANALLAH, sesungguhnya tidak ada masalah yang berat dan besar bagi Allah, sucikan dari hati kita dari mensekutukan Allah.

Bagi golongan kasbiyah (awam) mensucikan Allah dengan memperbanyak membaca tasbih “SUBHANALLAH” tetapi bagi golongan wahbiah (khos)  senantiasa menjaga hatinya menerima ketentuan (qoda qodar) Allah SWT atas dirinya.

Kisah : Al Mubarok dan Nabi Khidir

Ketika Al Mubarok mendatangi pasar untuk membeli budak, maka datanglah Mubarok kepada penjual budak”
Mubarok    : aku inging membeli budak mana budak yg paling murah
Penjual       : itu… harganya 1000 dinar
Ditunjuklah seorang budak yang dipandang paling males oleh si penjual.
Mubarok    : baiklah, aku ambil orang tersebut

Maka sesampainya di rumah Mubarok memerintahkan kepada budak yang dibelinya untuk membereskan rumahnya :
Mubarok    : wahai budak, coba kau ambil kayu-kayu dihutan untuk
                    Keperluan istriku memasak, dan kau rapikan kayu-kayu &
  batu-batu yg berserakan tersebut
Setelah memerintahkan hal tersebut masuklah mubarok kerumahnya tidak berapa kemudian mubarok keluar kembali untuk memeriksa pekerjaan budak tersebut, ternyata dalam sekejap semua pekerjaan tersebut telah selasai dilakukan dengan hasil yang sangat luar bisa, sehingga membuat heran dan takjub Mubarok. Dalam hatinya mubarok bertanya-tanya siapa sesungguhnya budak tersebut maka bertanyanya Mubarok kepada budak tersebut :
Mubarok    : “Siapa engkau sesungguhnya”
3 kali mubarok bertanya tetapi sang budak tetapi diam, karena Mubarok merasa pasti orang tersebut bukan orang sembarangan maka Mubarok bertanya kembali “Demi Allah, Siapa engkau”.
Budak        : “karena engkau bertanya karena Allah, baiklah aku akan
                    Menjawab pertanyaanmu…. Akulah Khidir”
Terkejutlah Al Mubarok dan dirinya merasa berdosa karena telah memperlakukan sang budak tersebut (nabi Khidir) maka bertanyalah Mubrok kepada nabi Khidir kenapa ia bisa menyamar menjadi seorang budak.

Berceritalah nabiyullah Khidir, bahwa ketika ada seorang ibu dengan anaknya yang yatim meminta sodakoh kepada nabi Khidir dan berkata “wahai tuan karena Allah aku meminta kepadamu sodakoh tuan…” pingsanlah nabi khidir karena dirinya tidak memiliki harta sepeserpun padahal dihadapnya ada seorang hamba Allah yang meminta pertolongannya… maka ketika siuman nabi khidir berkata kepada ibu tersebut “wahai ibu.. juallah aku ke pasar, agar kamu mendapat uang hasil penjualan tersebut”. Demikianlah kisahku menjadi budak, berkata khidir kepada mubarok.

Wahai tuan karena engkau telah membeliku dan aku menjadi budakmu maka apa-apa yang engkau perintahkan kepadaku aku laksanakan karena aku adalah hamba sahayamu dan aku jalankan semua ini karena aku seorang hamba Allah yang menciptakanku. Demikian kisahku aku ungkapkan karena engkau bertanya kepada dengan nama Allah..

(b)   Dalam segala urusan senatiasa ia bersyukur kepada Allah (ALHAMDULILLAH), disucikan hatinya untuk senantian menerima keadaan maka pantaslah orang ini dijauhkan dari bala dan musibah.
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

(c)    Senantiasa mengagungkan Allah SWT (ALLAHU AKBAR).

Ketika abu nawas ditanya Raja tentang adakah yang paling hebat dan ajaib didunia ini maka abu nawas berkata “ada..dia itu lebih kecil dari burung gereja lebih besar dari burung elang” maka raja pun membantahnya “mana ada burung seperti itu”
Kata Abu nawas, jika demikian maka didunia ini tidak ada yang ajaib/aneh karena semua sudah Allah tuliskan di lauhimmahfudz

(d)   Senantiasa mentauhidkan Allah SWT (LA ILLAHA ILLALLAH)

Kesimpulan :
-        Orang-orang golongan wahbiah (yang dijaga oleh Allah SWT) adalah orang yang senantiasa memuji (SUBHANALLAH), senantiasa bersyukur (ALHAMDULILLAH) dan mengagungkan Allah (ALLAHU AKBAR) maka golongan orang wahbiah adalah golongan orang yang sempurna ketahuhidannya (LA ILLAHA ILLALLAH)
-         Orang wahbiah adalah orang yang senantiasa menjaga/memelihara hatinya (tidak berprasangka/menilai)
-         Dalam kehidupannya, lebih banyak diam dan menjadi pendengar yang baik “sami’na wa atona”

-         Orang wahbiah, dalam kehidupannya senantiasa dijaga dan diperlihara oleh Allah SWT dengan banyak menundukan pandanganya, merekalahh orang-orang yang berakhlak mulia.