iklan

iklan banner iklan banner iklan banner iklan banner

Senin, 04 Maret 2013

SHOLAT KHUSYU


Sholat khusyu



"untuk menjalankan shalat yang khusyu’, tidak harus menjadi ahli dalam bidang agama yang luas. Sebagaimana orang yang hendak menunaikan ibadah zakat , haji ataupun berpuasa. Ilmu yang diperlukan hanya sekitar hukum-hukum fikih, zakat, haji dan puasa. Disamping itu, hanya diperlukan sebuah keyakinan adanya Allah yang sangat dekat. Kalau keyakinan itu ada, tidaklah mungkin orang yang meyakini adanya Allah yang Maha Melihat, lalu shalatnya terburu-buru."

Sholat khusyu banyak versinya. tergantung dari ilmu, lingkungan dan perjalanan spiritual seseorang
Kita bukan orang Khos, kita bukan orang pesantren, kita bukan kyai, bukan pula wali.
Kita ini orang awam, kita bukan orang abror

dari ilmu yang saya dapat,  sholat khusyu itu cukup menjalankan fikihnya dan mengerti ilmunya.
"barang siapa beramal tanpa ilmu maka akan tertolak" 

Menjalankan hukum fikih sholat seperti:
tatacara wudhu dengan benar, mengerti mana yang rukun, mana yang sunah karena kalau wudhunya tidak sah maka sholatnya batal.
saat sholat, mengerti rukun sholat, mana sunahnya mana rukun, mana wajib, mengerti perbuatan hati, ucapan dan gerakan.

kalau fikih/syareatnya sudah dijalankan yakinlah sholat kita diterima karena "Allah bagaimana prasangka hambaNya"

Sekelas sahabat Nabi, yang hidup pada di zaman nabi dan mendapat bimbingan dari nabi langsung. pernah di tantang oleh nabi :
"wahai sahabat, siapa yang sholatnya paling khusyu maka engkau akan aku hadiahi selendangku" maka berlomba-lombalah sahabat untuk sholat dengan khusyu dan ketika selesai sholat, nabi langsung bertanya
"selendang mana yang engkau pilih" sahabat tersebut langsung menjawab "yang itu ya rasul" nabi langsung menjawab "sholatmu tidak khusyu karena kamu masih memikirkan selendang ini"

Maka siapalah kita ini, yang tidak hidup dijaman nabi, yang baca qur'annya malam jum'at doang. yang dengerin ceramahnya cuma di hari jum'at. 
Yang hanya mendengarkan dari ust yang dapat membuat kita tertawa saja.

Maka 1 kewajiban ini yang suka kita lalaikan "THOLABUL ILMU" ===> menuntut ilmu wajib hukumnya, maka sering-seringlah kita hadiri majelis-majelis ilmu.

RUKUN SHOLAT


RUKUN RUKUN SHOLAT

Salat mempunyai rukun-rukun yang apabila salah satunya ditinggalkan, maka batallah salat tersebut. Berikut ini penjelasannya secara terperinci tentang rukun-rukun salat.
1. Berniat
Yaitu niat di hati untuk melaksanakan salat tertentu, hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw, "Sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung niatnya." (Muttafaq 'alaih)
Niat itu dilakukan bersamaan dengan melaksanakan takbiratul ihram dan mengangkat kedua tangan, namun, tidak mengapa kalau niat itu sedikit lebih dahulu dari keduanya.

2. Membaca Takbiratul Ihram
Yaitu dengan lafazh (ucapan): " Allaahuakbar."
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw, "Kunci salat itu adalah bersuci, pembatas antara perbuatan yang boleh dan tidaknya dilakukan waktu salat adalah takbir, dan pembebas dari keterikatan salat adalah salam." (HR Abu Daud, At- Tirmidzi, dan lainnya: hadits shahih)

3.Berdiri (bagi yang sanggup ketika melaksanakan salat wajib)
Hal ini berdasarkan firman Allah saw,
"Peliharalah segala salat(mu) dan (peliharalah) salat wustha (Ashar). Berdirilah karena Allah (dalam salatmu) dengan khusyu'." (QS Al-Baqarah: 238)
Sabda Rasulullah saw kepada Imran bin Hushain, " Salatlah kamu dengan berdiri; apabila tidak mampu, maka dengan duduk; dan jika tidak mampu juga, maka salatlah dengan berbaring ke samping." (HR Al-Bukhari)

4.Membaca Surat Al- Fatihah Tiap Rakaat Salat Fardu dan Salat Sunah
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw, "Tidak sah salat seseorang yang tidak membaca surat Al-Fatihah." (HR Bukhari)
Ruku'
Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,
"Hai orang- orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu dan perbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan." (QS Al-Hajj: 77)
Juga berdasarkan sabda Nabi saw kepada seseorang yang tidak benar shalatnya:
" ... kemudian ruku'lah kamu sampai kamu tuma'ninah dalam keadaan ruku'." (HR Bukhari dan Muslim)

5.Ruku’ dengan thuma’ninah (berhenti sejenak)
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw terhadap seseorang yang salah dalam salatnya:
" ... kemudian bangkitlah (dari ruku') sampai kamu tegak lurus berdiri." (HR Bukhari dan Muslim)

6. I`tidal (berdiri kembali setelah ruku `) dengan thuma`ninah
Hal ini berdasarkan hadits tersebut di atas tadi dan berdasarkan hadits lain yang berbunyi:
"Allah tidak akan melihat kepada salat seseorang yang tidak menegakkan tulang punggungnya di antara ruku' dan sujudnya." (HR Ahmad, dengan isnad shahih)
Sujud
Hal ini berdasarkan firman Allah SWT yang telah disebutkan di atas tadi. Juga berdasarkan sabda Rasulullah saw, "Kemudian sujudlah kamu sampai kamu tuma'ninah dalam sujud." (HR Bukhari dan Muslim)

7.Sujud dengan thuma`ninah
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw:
"Kemudian bangkitlah sehingga kamu duduk dengan tuma'ninah." (HR Bukhari dan Muslim)

8.Duduk di antara Dua Sujud
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw:
"Allah tidak akan melihat kepada shalat seseorang yang tidak menegakkan tulang punggungnya di antara ruku' dan sujudnya." (HR Ahmad, dengan isnad shahih)

Tuma'ninah Ketika Ruku', Sujud, Berdiri, dan Duduk
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw kepada seseorang yang salah dalam melaksanakan shalatnya:
"Sampai kamu merasakan tuma'ninah." (HR Bukhari dan Muslim)
Tuma'ninah tersebut beliau tegaskan kepadanya pada saat ruku', sujud, dan duduk, sedangkan i'tidal pada saat berdiri. Hakikat tuma'ninah itu ialah bahwa orang yang ruku', sujud, duduk, atau berdiri itu berdiam sejenak, sekadar waktu yang cukup untuk membaca satu kali setelah semua anggota tubuhnya berdiam. Adapun selebihnya dari itu adalah sunah hukumnya.

9.Duduk tasyahud

10.Membaca doa tasyahud akhir;
Adapun tasyahhud akhir itu, maka berdasarkan perkataan Ibnu Mas'ud ra yang bunyinya:
"Dahulu kami membaca di dalam salat sebelum diwajibkan membaca tasyahhud adalah, 'Kesejahteraan atas Allah, kesejahteraan atas malaikat Jibril dan Mikail.'
Maka bersabdalah Rasulullah saw, "Janganlah kamu membaca itu, karena sesungguhnya Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia itu sendiri adalah Maha Sejahtera, tetapi hendaklah kamu membaca:
"Segala penghormatan, salawat dan kalimat yang baik bagi Allah. Semoga kesejahteraan, rahmat dan berkah Allah dianugerahkan kepadamu wahai Nabi. Semoga kesejahteraan dianugerahkan kepada kita dan hamba-hamba yang salih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasulNya." (HR An-Nasai, Ad- Daruquthni dan Al- Baihaqi, dengan sanad shahih)

11.Membaca sholawat nabi pada tasyanud akhir;
"Apabila salah seorang di antara kamu duduk (tasyah- hud), hendaklah dia mengucapkan: 'Segala penghormatan, salawat dan kalimat- kalimat yang baik bagi Allah'." (HR Abu Daud, An- Nasai dan yang lainnya, hadits ini shahih dan diriwayatkan pula dalam dalam " Shahih Bukhari dan Shahih Muslim")
Adapun duduk untuk tasyahud itu termasuk rukun juga karena tasyahhud akhir itu termasuk rukun.

12. Membaca salam yang pertama;
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw, "Pembuka salat itu adalah bersuci, pembatas antara perbuatan yang boleh dan tidaknya dilakukan waktu salat adalah takbir, dan pembebas dari keterikatan shalat adalah salam." (HR Abu Daud, At- Tirmidzi dan lainnya, hadits shahih)

13.Tertib, maksudnya semua itu dilakukan secara berurutan.
Oleh karena itu, janganlah seseorang membaca surat Al- Fatihah sebelum takbiratul ihram dan janganlah ia sujud sebelum ruku'. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw, "Salatlah kalian sebagaimana kalian melihatku salat." (HR Bukhari)
Maka apabila seseorang menyalahi urutan rukun salat sebagaimana yang sudah ditetapkan oleh Rasulullah saw, seperti mendahulukan yang semestinya diakhirkan atau sebaliknya, maka batallah salatnya.
Sumber: Tuntunan Shalat Menurut Al- Qur'an dan As-Sunnah, Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al- Jibrin

Mencari solusi atas masalah hidup kita

Mencari solusi atas masalah hidup kita


Banyak masalah ?
temukan penyebab dan jawabannya :

kebanyakan manusia, senangnya mencari jawaban, bukan mencari penyebab.
Sehingga kadang-kadang, jawaban yang ditemukan, temporer (sementara) sifatnya, bahkan palsu.
"sesungguhnya hal yang menjadi fondasi dalam semua urusan kehidupan kita adalah shalat kita, sedekah kita, perilaku kita, jarangnya kita membuka Alquran, jarangnya ke masjid, jarangnya berzikir, jarangnya berdoa, seringnya bermaksiat, banyaknya dosa, harta haram menyelimuti diri, jarang bersilaturahmi dan lainnya. Sehingga membuat kehidupan kita karut marut."

Untuk itu..
Paling awal, periksalah shalat kita. Sudah benarkah shalat kita? Lebih suka menunda-nunda atau langsung dikerjakan? Atau malah tidak melaksanakan sama sekali.
Kalau semuanya sudah dilaksanakan, periksa lagi bagaimana dengan amalan sunnahnya?

Jika semuanya sudah beres, evaluasi lagi dosa-dosa dan kemaksiatan yang pernah kita lakukan. Apakah syirik kepada Allah, durhaka sama orang tua, berzina, memakan harta yang haram, suka minuman keras, memutuskan hubungan silaturahim, atau kita kikir dan suka berghibah? Bila ditemukan semua penyebabnya, niscaya akan didapatlah jawabannya. Insya Allah, Allah akan menolong.

PENTINGNYA THUMA'NINAH


PENTINGNYA THUMA'NINAH

"pencuri yang paling ulung adalah yang mencuri di dalam sholatnya"

 
sebagaimana disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda,
أَسْوَأُ النَّاسِ سَرِقَةً الَّذِي يَسْرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَكَيْفَ يَسْرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ؟ قَالَ: لاَ يُتِمُّ رُكُوْعُهَا وَلاَ سُجُوْدُهَا.
Sejahat-jahat pencuri adalah yang mencuri dari shalatnya”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mencuri dari sholat?”. Rasulullah berkata, “Dia tidak sempurnakan ruku dan sujudnya” (HR Ahmad no 11532, dishahihkan oleh al Albani dalam Shahihul Jami’ 986)

"Seburuk-buruknya pencuri adl orang yg mencuri shalatnya. Berkata Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu Bagaimana dia mencuri shalatnya?" Beliau bersabda Dia tidak menyempurnakan ruku'nya dan sujudnya" HR. Ath- Thabrani dan lain-lain dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Al Albani Rahimahullah dalam Shahih At- Targhib Wattarhib.

Dan beliau juga bersabda "Sesungguhnya seseorang benar-benar shalat selama enam puluh tahun akan tetapi tidak diterima shalatnya. Bisa jadi dia menyempurnakan ruku'nya tetapi tidak menyempurnakan sujudnya dan bisa jadi dia menyempurnakan sujudnya tetapi tidak menyempurnakan ruku'nya HR. Abul Qasim Al Asbahani dan dihasankankan oleh Asy Syaikh Al Albani Rahimahullah dalam Shahih At-Targhib Wattarhib.

Tuma’ninah ketika mengerjakan shalat adalah bagian dari rukun shalat, shalat tidak sah kalau tidak tuma’ninah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepada orang yang shalatnya salah,
إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا
Jika Anda hendak mengerjakan shalat maka bertakbirlah, lalu bacalah ayat al Quran yang mudah bagi Anda. Kemudian rukuklah sampai benar-benar rukuk dengan tumakninah, lalu bangkitlah (dari rukuk) hingga kamu berdiri tegak, setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud dengan tumakninah, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk sampai benar-benar duduk dengan tumakninah, setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud, Kemudian lakukan seperti itu pada seluruh shalatmu”  (HR Bukhari 757 dan Muslim 397 dari sahabat Abu Hurairah)

Apa yg beliau sabdakan diatas seperti itu pulalah kondisi ummatnya saat ini.

Catatan : 
Kadar thuma’ninah dalam ruku’ dan sujud menurut ulama Syafi’iyah adalah sudah mendapat sekali bacaan tasbih. Lihat Al Fiqhu Al Manhaji karya Syaikh Prof. Dr. Musthofa Al Bugho, dkk, hal. 134.
Kalau di bawah kadar itu, berarti tidak ada thuma’ninah. Kalau tidak ada thuma’ninah berarti hilanglah rukun shalat dan membuat shalat tidak sah.





MAKSIAT/PERBUATAN DOSA


MAKSIAT/PERBUATAN DOSA

Manusia adalah makhluk sosial, sehingga manusia bergantung kepada makhluk lainnya. Dan didalam kehidupan sosialnya/pergaulannya, manusia dapat melakukan perbuatan maksiat/dosa dengan makhluk lainnya baik itu dilakukan dengan sengaja maupun tidak dengan sengaja.

MAKSIAT YANG DI SENGAJA
 Perbuatan maksiat/dosa, dpt merusak diri sendiri, keluarga maupun lingkungan. Dan diantara bentuk maksiat yang di sengaja adalah perbuatan DZOLIM.
·         DZOLIM : menganiaya diri sendiri
seperti kisah nabi Adam dimana 1 kali ia berbuat dosa/maksiat (memakan buah terlarang), maka dirinya dan keturunannya terusir dari surganya Allah SWT, terpisahkan dirinya dari Siti Hawa dan di telanjangkan (dibuat malu) oleh Allah SWT
 40 tahun lamanya nabi Adam bertaubat, dan Allah ampuni dosanya maka dipertemukan kembali ia kepada istrinya Siti Hawa di bukit yang bernama JABL RAHMAH di kota makkah.
taubatnya nabi Adam dengan mengucapkan :
Robbana dholamna anfusana wailam tagfirlana watarhamana lana kunnana minal khosirin“Artinya : Ya Allah , kami telah mendholimi pada diri kami sendiri, jika tidak engkau ampuni kami dan merahmati kami tentulah kami menjadi orang yang rugi.

sebagaimana pula kisah nabi Yunus, yang marah kepada kaumnya dan pergi meninggalkan kaumnya padahal Allah belum mengizinkan nabi Yunus untuk meninggalkan kaumnya. maka Yunus pergi ke tepi laut dan menaiki kapal.
 Maka Allah uji Nabi Yunus dengan mengirimkan ikan besar kepadanya dan mengilhamkan kepadanya untuk menelan Yunus. maka di kegelapan perut ikan  itu Yunus berdoa, “Lailaha illa anta subhanaka inni kuntum minadh dholimin“ (al anbiya;87)“Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.
  Yunus berada dalam tiga kegelapan; kegelapan perut ikan, kegelapan lautan, dan kegelapan malam. Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala,
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, “Bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.”–Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. Al Anbiyaa’: 87-88)

maksiat nabi Adam hanya 1 kali berbuat dosa, dihinakan Allah, dibuang dari kenikmatan surga untuk dirinya dan keturunannya dan marahnya Nabi Yunus karena kaumnya ingkar kepada Tuhan dan ia marah kepada kaumnya karena sebab tersebut, Allah hukum Nabi Yunus dengan ditelan ikan dan mengalami 3 kegelapan didalamnya.
 Maka bagaimanakah kita, yang berkali2 berbuat maksiat. masih pantaskah kita meminta surga, masih pantaskah kita berdiam di buminya Allah.
 Beruntunglah kita umat Nabi Muhammad yang Allah tunda adzabNya kepada kita, karena taubat kita masih ditunggu hingga nafas di tenggorokan.
 Jikalah nabi Adam dan nabi Yunus dengan doanya Allah ampuni.. Bagaimanakah doa kita agar mendapat ampunan Allah Robbul Jalil.
 Maka obatnya adalah TAUBATAN NASUHA, tobat dengan sebenar2nya dan dengan kesadaran bahwa kita ini ahli maksiat, bahwa kita ini tempatnya salah dan dosa, hanya Allah yang Mukholafatuhu lilhawadist.

  "Ya Allah ampunilah hamba yang dhoif dan bodoh ini, sekiranya tulisan ini terdapat kesalahan dan membawa mudharat"