PENTINGNYA THUMA'NINAH
"pencuri yang paling ulung adalah yang mencuri di dalam
sholatnya"
sebagaimana disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda,
أَسْوَأُ النَّاسِ
سَرِقَةً الَّذِي يَسْرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ
وَكَيْفَ يَسْرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ؟ قَالَ: لاَ يُتِمُّ رُكُوْعُهَا وَلاَ
سُجُوْدُهَا.
“Sejahat-jahat pencuri adalah yang mencuri dari shalatnya”. Para
sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mencuri dari sholat?”.
Rasulullah berkata, “Dia tidak sempurnakan ruku dan sujudnya” (HR Ahmad no 11532, dishahihkan oleh al Albani dalam Shahihul Jami’ 986)
"Seburuk-buruknya pencuri adl orang yg mencuri
shalatnya. Berkata Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu Bagaimana dia mencuri
shalatnya?" Beliau bersabda Dia tidak menyempurnakan ruku'nya dan
sujudnya" HR. Ath- Thabrani dan lain-lain dan dihasankan oleh Asy-Syaikh
Al Albani Rahimahullah dalam Shahih At- Targhib Wattarhib.
Dan beliau juga bersabda "Sesungguhnya seseorang
benar-benar shalat selama enam puluh tahun akan tetapi tidak diterima
shalatnya. Bisa jadi dia menyempurnakan ruku'nya tetapi tidak menyempurnakan
sujudnya dan bisa jadi dia menyempurnakan sujudnya tetapi tidak menyempurnakan
ruku'nya HR. Abul Qasim Al Asbahani dan dihasankankan oleh Asy Syaikh Al Albani
Rahimahullah dalam Shahih At-Targhib Wattarhib.
Tuma’ninah ketika mengerjakan shalat adalah bagian dari rukun shalat, shalat tidak sah kalau tidak tuma’ninah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepada orang yang shalatnya salah,
إِذَا قُمْتَ إِلَى
الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ
ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى
تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ
ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ
سَاجِدًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا
“Jika Anda hendak mengerjakan shalat maka bertakbirlah, lalu
bacalah ayat al Quran yang mudah bagi Anda. Kemudian rukuklah sampai
benar-benar rukuk dengan tumakninah, lalu bangkitlah (dari rukuk) hingga
kamu berdiri tegak, setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud
dengan tumakninah, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk sampai benar-benar
duduk dengan tumakninah, setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud,
Kemudian lakukan seperti itu pada seluruh shalatmu” (HR Bukhari 757 dan Muslim 397 dari sahabat Abu Hurairah)
Apa yg beliau sabdakan diatas seperti itu pulalah kondisi
ummatnya saat ini.
Catatan :
Kadar thuma’ninah dalam ruku’ dan sujud menurut ulama Syafi’iyah adalah sudah mendapat sekali bacaan tasbih. Lihat Al Fiqhu Al Manhaji karya Syaikh Prof. Dr. Musthofa Al Bugho, dkk, hal. 134.
Kalau di bawah kadar itu, berarti tidak ada thuma’ninah. Kalau tidak ada thuma’ninah berarti hilanglah rukun shalat dan membuat shalat tidak sah.
Catatan :
Kadar thuma’ninah dalam ruku’ dan sujud menurut ulama Syafi’iyah adalah sudah mendapat sekali bacaan tasbih. Lihat Al Fiqhu Al Manhaji karya Syaikh Prof. Dr. Musthofa Al Bugho, dkk, hal. 134.
Kalau di bawah kadar itu, berarti tidak ada thuma’ninah. Kalau tidak ada thuma’ninah berarti hilanglah rukun shalat dan membuat shalat tidak sah.