iklan

iklan banner iklan banner iklan banner iklan banner

Kamis, 19 November 2015

RENUNGAN HP #2




1. Dulu, kebersamaan begitu Indah. Suami istri bisa saling menatap wajah, tapi sekarang semua berubah karena Gadget. Saat menatap wajah, ternyata pasangan Anda sedang menatap gadget.

2. Saat makan bersama, dulu bisa saling bercakap-cakap. Kini, semua berubah...! Tangan kanan pegang sendok, tangan kiri pegang Gagdet.

3. Saat bersama di ruang tamu. Dulu, saling bertanya kabar antar anggota keluarga. Sekarang...? Anak main game di Tablet, Ayah sibuk dengan BBM/whatsup dan Ibu sedang asyik bersosialita di Facebook.

4. Saat berada di dalam mesjid, dulu bisa khusyu` mendengar pengajian. Tak ada yang dirisaukan. Sekarang...? Duduk bersila di depan ustadz, wajah menunduk, mata serius menatap gagdet dan tangan sibuk mengetik keypad...!

5. Saat berada di dalam kamar, harusnya bisa asyik becanda dengan pasangan. Tapi sekarang...? Yang satu menghadap tembok dengan tangan meraba screen gagdet, yang satu lagi juga melakukan hal yang sama.

6. Saat silaturahim ke rumah saudara, dulu bisa becanda ketawa ketiwi. Sekarang...? Meski perjalanan jauh sudah ditempuh, sampai tiba di lokasi juga dihabiskan waktu untuk sibuk dengan gagdet sendiri... autis

7. Bertamu di rumah orang, dulu disambut dengan wajah ceria dan bahagia, ramah bisa ngobrol banyak hal. Sekarang...? bertamu di rumah orang, disambi dengan membalas sms, menerima telepon dan whatsup-an, sembari sekedar menjawab obrolan kita dengan..."oh gitu ya iya... Oh, bener itu Oh.” Garing...!

8. Sehabis sholat, dulu bisa tenang dan khusyu` berzikir. Hati bisa connect ke Allah langsung. Kini...? Setelah salam, langsung merogoh saku, gagdet pun dikeluarkan.

9. Dulu, saat pasangan curhat soal hatinya dan pikiran siap mendengarkan. Sekarang...? Saat pasangan curhat, konsentrasi pada gadget, sedangkan telinga pura-pura mendengar.

10. Saat anak mengeluh sesuatu, dulu kita jongkok memposisikan wajah kita tepat di wajahnya. Anak merasa disayang dan diperhatikan. Sekarang...? "Aduuhh nak...ibu sedang sibuk, masa gitu saja ngeluh sih..." Sembari ngetik obrolan di sosmed.

Bagaimana dengan kita...? 
                   #kehangatankeluarga.#saveFamily.

Jumat, 30 Oktober 2015

Enam Bekal Menuntut Ilmu




REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menuntut ilmu bukan jalan yang penuh keriuhan. Suatu ketika, Imam Syafi'i menyampaikan nasihat kepada para muridnya. "Saudaraku, kalian tidak akan mendapatkan ilmu, kecuali dengan enam perkara. Akan aku kabarkan keenam perkara itu kepadamu secara terperinci, yaitu kecerdasan, semangat, kesungguhan, bekal harta, duduk di majelis bersama guru, dan waktu yang lama."

Kecerdasan. Para ulama membagi kecerdasan menjadi dua. Pertama, bekal kecerdasan yang diberikan oleh Allah. Kedua, kecerdasan yang didapat dengan usaha.Misalnya, lewat mencatat, berdiskusi, atau mengulang- ulang materi.

Semangat. Ilmu akan lebih mudah meresap apabila kita menyambutnya dengan antusias dan penuh semangat.

Kesungguhan. Jalan menuntut ilmu bukan jalan mudah. Tanpa kesungguhan, niscaya seorang penuntut ilmu akan patah di tengah jalan.

Harta. Sebuah pepatah Jawa mengatakan, jer basuki mawa bea. Menuntut ilmu juga membutuhkan bekal harta. Para ulama terdahulu mengorbankan harta benda, bahkan nyawa, demi perjalanan mencari ilmu.

Guru. Perkara ini sering kali dilupakan umat Islam hari ini. Generasi muda lebih akrab dengan sumber- sumber anonim, seperti jejaring sosial, mesin pencari, atau broadcasting yang beredar viral. Padahal, guru adalah otoritas yang akan membimbing kita mendapatkan pemahaman yang benar.

Waktu yang lama. Menuntut ilmu tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Al-Qadhi Iyadh, seorang ulama hadis, pernah ditanya, "Sampai kapan seseorang harus menuntut ilmu?" Beliau menjawab, "Sampai dia meninggal dan ikut tertuang tempat tintanya ke liang kubur."

Muadz bin Jabal mengatakan, "Pelajarilah ilmu. Mempelajarinya karena Allah adalah khasyah, menuntut nya adalah ibadah, mempelajarinya adalah tasbih, mencarinya adalah jihad, mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahui adalah sedekah, menyerahkan kepada ahlinya adalah taqarrub. Ilmu adalah teman dekat dalam kesen dirian dan sahabat dalam kesunyian."




http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/15/09/15/nup7f0313-enam-bekal-menuntut-ilmu